JAKARTA– PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), perusahaan investasi yang antara lain didirikan oleh Sandiaga Salahuddin Uno, calon wakil presiden yang berpasangan dengan calon presiden Prabowo Subianto, melepas kepemilikan 16,7% saham PT Batu Hitam Perkasa (BHP) senilai US$ 9 juta atau setara Rp 128,7 miliar (kurs Rp 14.300 per dolar AS) kepada PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA) dan PT Toba Bara Energi. Pelepasan saham itu disahkan melalui akta jual beli saham No 15 dan No 16 tanggal 12 Desember 2018 di hadapan notaris Aulia Taufani.

“Tujuan transaksi ini untuk menyelesaikan siklus investasi,” kata Sandi Rahaju, Kepala Divisi Hukum dan Sekretaris Perusahaan Saratoga Investama Sedaya dalam suratnya kepada Otoritas Bursa di Jakarta, Jumat (14/12).

Batu Hitam Perkasa (BHP) adalah pemegang 5% saham PT Paiton Energy (PE). Paiton Energy adalah perusahaan pembangkit listrik (independent power producer/IPP) yang didirikan pada Februari 1994 dan memulai operasi komersial dua pembangkit listrik tenaga uap PLTU) di Probolinggo, Jawa Timr. Unit 7 dan Unit 8 PLTU Paiton dioperasikan pada Mei dan Juli 1999. Kapasitas masing-masing PLTU itu adalah 615 megawatt.

“Unit 3 PLTU Paiton berkapasitas 815 MW adalah pembangkit listrik tenaga batu bara pertama yang menggunakan teknologi boiler bersistem supercritical di Indonesia dan mulai beroperasi secara komersial pada Maret 2012,” kata Sandi.

Supercritical Boiler Technology memberikan efisiensi yang lebih tinggi, konsumsi bahan bakar lebih rendah dan kemudian menurunkan emisi CO2. Batubara dengan kandungan belerang dan abu yang sangat rendah dipasok dari Kalimantan dan Sumatera.

Sandi juga mengatakan BHP juga merupakan pemegang 5% saham di Minajesa Capital BV. Minajesa adalah perusahaan yang khusus dibentuk untuk penerbitan obligasi global untuk kepentingan Paiton Energy. Minejesa memiliki struktur kepemilikan saham yang identik dengan PE.

Selain Sandi Uno, pemegang saham Saratoga adalah PT Unitras Pertama 32,62%, Edwin Soeryadjaya 31,04%, Michael WP Soeryadjaya 0,0062%, Andi Esfandiari 0,0134%, dan publik 8,46%.

Hingga akhir September 2018, kinerja Saratoga kurang moncer karnea perusahaan menderita rugi bersih dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang masih laba. Saratoga menderita kerugian hingga Rp964,34 miliar per kuartal III-2018. Padahal, periode yang sama tahun sebelumnya, perseroan masih meraup laba Rp3,31 triliun.

Kerugian disumbang oleh investasi pada efek ekuitas senilai Rp1,15 triliun. Padahal, tahun sebelumnya, untung hingga Rp3,15 triliun.

Total aset Saratoga per 30 September 2018 mencapai Rp25,7 triliun. Liabilitas perseroan mencapai Rp4,52 triliun dengan ekuitas Rp20,87 triliun. (RA)