JAKARTA– PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), perusahaan terafiliasi PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), mencatatkan kerugian bersih sepanjang 2016 sebesar US$ 458,98 juta atau sekitar Rp 6,19 triliun (kurs Rp 13.500) dibandingkan kerugian bersih 2015 sebesar US$ 63,38 juta didorong penurunan nilai aset yang mencapai US$ 660,26 juta.

Laporan keuangan perseroan publikasi menyebutkan, sepanjang 2016, Bumi Minerals hanya mencatatkan US$ 2,17 juta, turun drastis dibandingkan periode sama tahun sebelumnya US$ 12,5 juta. Beban usaha juga turun dari US$ 13,89 juta menjadi US$ 5,18 juta. Dengan demikian, rugi usaha tercatat naik US$ 3 juta, turund ari US$ 1,38 juta.

Bumi Minerals terkena imbas beban lain-lain yang meningkat signifikan dari US$ 515,88 juta, naik drastis dibandngkan US$ 78,51 juta. Sementara itu, manfaat pajak penghasilan naik dari US$ 58,88 juta naik turun dari US$ 17,2 juta. Dengan demikian rugi netto naik dari US$ 61,29 juta menjadi US$ 458,99 juta.

Penurunan aset Bumi yang menyebabkan kerugian bersih cukup besar perusahaan pada tahun lalu, ditopang penjualan MDB ke PT Aman Mineral International sebesar US$ 400 juta pada Juli tahun lalu.

Suseno Kramadibrata, Chief Executive Officers Bumi Minerals, sebelumnya mengatakan, sebagai bagian dari kondisi perjanjian tersebut, BRMS akan mengurangi total fasilitas pinjaman baik di anak perusahaan maupun di BRMS. Akibatnya, likuiditas perseroan ditargetkan dapat meningkat.

Menurut dia, kelanjutan perjanjian divestasi saham NNT akan digunakan untuk membayar sebagian besar fasilitas pinjaman. Oleh karena itu, dia mengharapkan utang konsolidasi Perseroan terhadap ekuitas menunjukkan peningkatan yang signifikan.

“Kami juga terus mengembangkan proyek kami yang lain seperti emas, tembaga, seng, dan memimpin proyek di Citra Palu Minerals, Gorontalo Minerals dan Dairi Prima Mineral,” katanya dalam keterangan resmi, beberapa waktu lalu.

Sebelumnya, emiten minyak dan gas milik Arifin Panigoro, PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) akhirnya merampungkan transaksi akuisisi saham PT Newmont Nusa Tenggara senilai US$2,6 miliar setara Rp33,8 triliun.
Direktur Utama Medco Hilmi Panigoro mengumumkan perseroan telah menyelesaikan transaksi akuisisi 50% kepemilikan atas PT Amman Mineral Investama yang memiliki 82,2% kepemilikan atas PT Newmont Nusa Tenggara (NNT).

Transaksi ini pertama kali diumumkan pada 30 Juni 2016 silam dan sudah mendapatkan persetujuan terkait dari pemerintah dan pemegang saham Perseroan. PT Newmont Nusa Tenggara mengoperasikan tambang tembaga dan emas Batu Hijau yang berskala dunia di Kepulauan Sumbawa, Indonesia, dan memiliki akses terhadap beberapa prospek eksplorasi dan temuan cadangan yang besar di Elang dimana semuanya termasuk di dalam Kontrak Karya yang dimiliki.

Pada 2015, produksi dari Batu Hijau mencapai 240 juta lbs tembaga dan 0,3 juta oz emas. Transaksi ini langsung memberikan nilai tambah dan merupakan pencapaian yang sangat penting bagi Perseroan dan semua pemangku kepentingan termasuk pemerintah Indonesia. (DR)