JAKARTA– PT Agincourt Resources, anak usaha G-Resources Group Ltd, perusahaan afiliasi Grup Wilmar dan Grup Djarum, memproyeksikan harga jual rata-rata (average selling price/ASP) emas dan perak dari tambang Martabe di Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Linda Siahaan, Wakil Direktur Utama G-Resources Tambang Emas Martabe, mengatakan harga jual emas tahun ini diperkirakan US$ 1.150 per ounce, turun dibandingkan realisasi harga jual rata-rata tahun lalu US$ 1.161 per ounce dan harga jual perak turun dari US$ 16 per ounce menjadi US$ 15 per ounce.

Linda memperkirakan produksi emas dari tambang Martabe tahun ini sebesar 258.995 ribu ounce dan perak 2.180.995 ounce kendati target produksi sebenarnya tiap tahun emas sekitar 250 ribu once dan perak 2 juta ounce. Target produksi tahun ini lebih rendah dari realisasi tahun lalu, yaitu 302.449 emas dan2,534 juta ounce perak. “Type rocks (batuan) makin ke bawah makin keras sehingga kemungkinan recovery-nya tidak maksimal,” ujar Linda kepada Dunia Energi.

Katharina Hardono, Corporate Communication Senior Manager G-Resources Tambang Emas Martabe, menambahkan panduan target produksi Martabe tidak pernah berubah sejak tiga tahun lalu. Selama tiga tahun berproduksi, perseroan selalu melampaui proyeksi tersebut, bahkan tahun lalu Martabe mencatat pencapaian produksi tertinggi.

Menurut Katharina, panduan target tahunan selalu sama, tapi memang dimungkinkan direvisi di tengah tahun sesuai pencapaian pada kuartal-kuartal sebelumnya. Pada kuartal ke III 2015 misalnya, menurut dia, perseroan pernah merevisi produksi emas 280 ribu ounce karena pencapaian pada dua kuartal sebelumnya cukup bisa merefleksikan pencapaian produksi akhir tahun yang baik.

Produksi emas dan perak tambang Martabe selalu lewati target.

Produksi emas dan perak tambang Martabe selalu lewati target.

“Bisa saja nanti di kuartal III 2016 kami lakukan yang sama (revisi), tapi ini kan masih awal tahun. Semua bergantung pada jumlah pencapaian produksi pada dua kuartal pertama nanti, dan bergantung juga pada faktor-faktor lain seperti kadar batuan yang akan ditambang, dan lain-lain,” ujar Katharina kepada Dunia Energi.

Menurut Katharina, sepanjang 2015, Tambang Emas Martabe mencatat produksi tertinggi selama beroperasi sejak 2013. Produksi pada 2014 sebesar 275.515 ounce emas dan 2.238.076 ounce perak sedangkan pada 2013 tercatat produksi 281.477 ounce emas dan 1.515.228 ounce perak.

Sementara itu, penjualan emas pada 2015 sebesar 302.448 ounce dan perak sebesar 2.568.455 ounce. Harga jual emas rata-rata US$ 1.161 per ounce dan harga perak rata-rata US$ 16 per ounce. Penerimaan dari hasil penjualan emas sebesar US$ 391,5 juta. Adapun penjualan pada 2014 sebesar 275.515 ounce dan perak 2.118.152 ounce sedangkan pada 2013 sebesar 280.363 ounce emas dan 1,46 juta ounce perak.

Tim Duffy, Presiden Direktur Tambang Emas Martabe, mengatakan pencapaian 2015 yang lebih tinggi dari produksi pada dua tahun sebelumnya merupakan hasil kerja keras semua tim di tengah harga emas yang relatif masih rendah. Perseroan masih terus menjalankan efisiensi untuk mencapai hasil optimal.

“Kami akan melanjutkan kegiatan operasional dengan hasil produksi memuaskan serta tepat konsisten berfokus pada upaya penghematan dana operasional maupun modal,” katanya.

Katharina mengatakan Martabe akan menjadi standar acuan bagi G-Resources untuk menjalankan bisnisnya di Indonesia dan di wilayah lainnya, dan terus bertumbuh dengan tetap mengutamakan keselamatan kerja, kelestarian lingkungan, dan pengembangan masyarakat.

Tambang Emas Martabe memilili luas wilayah 1.639 km2, di bawah Kontrak Karya generasi keenam (“CoW”) yang ditandatangani April 1997. Tambang Emas Martabe kini memiliki sumberdaya 7,4 juta ounce emas dan 70 juta ounce perak dan mulai berproduksi penuh pada awal 2013, dengan kapasitas per tahun sebesar 250.000 ounce emas dan 2-3 juta ounce perak berbiaya rendah.

Pemegang saham Tambang Emas Martabe adalah G-Resources Group Ltd sebesar 95% dan pemegang 5% saham lainnya adalah PT Artha Nugraha Agung, yang 7% sahamnya dimiliki Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan 30% dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatra Utara.   Lebih dari dua ribu orang saat ini bekerja di Tambang Emas Martabe, 70% direkrut dari masyarakat di 14 desa di sekitar tambang.

Martua Sitorus, taipan pemilik kelompok usaha Wilmar yang bergerak di bisnis perkebunan kelapa sawit dan pemilik PT Djarum, perusahaan pabrik rokok terkemuka nasional, yaitu Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono, secara tidak langsung menguasai 95% saham tambang emas Martabe setelah mengakuisisi 100% saham G-Resources Martabe Pty Ltd (Australia).

Kesepakatan jual beli saham dilakukan oleh pemilik saham G-Resources Group Ltd, perusahaan yang tercatat di Bursa Hong Kong dengan konsorsium EMR Capital Australia dan US Investment Fund Farallon pada 3 November 2015. EMR Capital secara tidak langsung memiliki saham Martabe sebesar 61,4% dan Farallon Capital 20,6%. Dua investor dalam negeri, yakni Martua Sitorus pemilik Wilmar memiliki saham 11% dan pemilik PT Djarum, yakni Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono, memiliki 7%. Total penjualan G-Resources Martabe Pty Ltd (Australia) sebesar US$ 775 juta. (DR)