JAKARTA – Riset Accenture menunjukkan hampir dua pertiga perusahaan pengolahan minyak dan gas bumi berencana meningkatkan investasi teknologi digital hingga lima tahun ke depan. Namun transformasi digital belum menjadi faktor investasi utama.

Riset Accenture Connected Refinery melibatkan lebih dari 200 eksekutif, pemimpin dan insinyur di perusahaan minyak dan gas bumi di seluruh dunia, termasuk Asia Tenggara. Riset menunjukkan lebih dari separuh responden (57%) mengatakan secara keseluruhan tingkat investasi digital mereka saat ini secara umum lebih besar dibanding 12 bulan yang lalu.

Neneng Goenadi, Country Managing Director Accenture Indonesia, mengatakan meskipun ada tantangan dalam pelaksanaan transformasi digital di industi minyak dan gas bumi, perusahaan yang telah berinvestasi dalam aspek tersebut bisa mendapat banyak manfaat, di antaranya peningkatan efisiensi dan nilai tambah.

“Hal ini bisa menjadi proposisi yang menarik bagi industri minyak dan gas bumi Indonesia, terutama karena adanya berbagai tantangan, seperti ketidakstabilan harga minyak mentah dunia yang telah berdampak pada keuntungan perusahaan minyak dan gas bumi,” kata Neneng di Jakarta, Rabu (2/8).

Menurut Neneng melalui teknologi digital berbagai lingkup pekerjaan bisa diintegrasikan, seperti proses operasi dan keuangan. Kebutuhan barang dari bagian operasi bisa langsung terhubung dengan bagian keuangan. Ini tentu berbeda dengan sistem manual yang membutuhkan waktu dan mekanisme yang lebih panjang.

Riset yang dilakukan melalui survei online digelar pada Maret 2017 oleh PennEnergy Research yang bekerja sama dengan Oil and Gas Journal. Responden adalah pelanggan dari publikasi PennWelll dan terdiri dari lebih dari 200 profesional perusahaan minyak dan gas bumi. Indonesia tercatat sebagai negara yang diwakili.

Accenture, perusahaan jasa global yang menyediakan berbagai layanan dan solusi, mencatat hanya 19% dari perusahaan minyak dan gas bumi yang telah menilai aspek digital sebagai satu dari tiga prioritas investasi utama perusahaan pengolahan minyak dan gas bumi dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertambangan minyak selama tiga tahun ke depan.

Mark Teoh, Managing Director Resources Operating Group Accenture, mengatakan sektor hilir minyak dan gas saat ini menghadapi persaingan global yang ketat dan transformasi digital bisa membantu sektor ini untuk mengatasi situasi tersebut.

“Manfaat ini akan dirasakan perusahaan minyak dan gas bumi jika mereka menggabungkan kemampuan digital dan inovasi baru yang bisa membantu membangun kepemimpinan digital,” ungkap Teoh.

Dia menambahkan transformasi digital membantu mengelola masuknya arus besar data baru, memungkinkan informasi tersebut untuk memberikan nilai tambah bagi setiap segmen bisnis karena mampu membuka jaringan informasi dan menciptakan arus informasi yang lebih cepat.

Menurut Teoh, salah satu manfaat dari penerapan teknologi digital adalah menekan kemungkinan terjadinya unplanned shutdown.

Riset Accenture juga menunjukkan hasil analisis dari penerapan teknologi digital menjadi tujuan terbesar yang diharapkan perusahaan pengolahan minyak dan gas (74%). Disusul kemudian keamanan digital (41%) dan mobilitas (38%).

Dengan adanya aspek keamanan siber dalam tiga investasi prioritas menunjukkan perusahaan minyak dan gas berusaha untuk mengimbangi risiko serangan siber yang mempunyai potensi lebih besar jika ada transformasi digital. Beberapa area investasi terkini yang tengah direncanakan untuk meningkatkan konektivitas digital termasuk di dalamnya adalah otomasi yang lebih banyak, memindahkan operasi ke cloud, solusi seluler Al dan robotika.

Peningkatan investasi teknologi digital yang dilakukan perusahaan-perusahaan pengolahan minyak dan gas bumi tentu akan baru bisa dilihat dalam beberapa tahun ke depan.

“Mungkin tahun depan kita bisa merilis berapa besar hasil efisiensi dari penerapan teknologi digital yang dihasilkan perusahaan tersebut,” kata Teoh.(AT)