JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menegaskan ketiadaan dispenser bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di berbagai daerah merupakan strategi atau inisiatif badan usaha atau pengusaha SPBU.

Muchamad Iskandar, Direktur Pemasaran Pertamina, mengatakan tidak ada paksaan bagi badan usaha untuk menghilangkan premium. Kondisi yang terjadi justru permintaan terhadap pertalite maupun pertamax terus meningkat.

“Masyarakat berbondong-bondong pindah, jadi mereka ke pertalite. Premium kosong, inisiatif pengusaha,“ kata Iskandar di Jakarta, Senin (10/7).

DPR menyebutkan banyak laporan masyarakat yang tidak bisa menemukan BBM jenis premium di berbagai daerah, termasuk di Pulau Jawa, Madura dan Bali (Jamali). Banyak masyarakat yang kembali menanyakan premium akibat makin besarnya disparitas harga antar premium dan pertalite yang mencapai Rp800. Pada awalnya dengan hanya selisih Rp 400 lebih tinggi dibanding harga premium, masyarakat berbondong-bondong pindah ke pertalite

“Mulai Januari harusnya (premium) naik, jadi pertalite juga naik. Masyarakat berbondong bondong pindah. Sekarang gap-nya Rp 800,” kata Iskandar.

Sesuai dengan regulasi pada Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 menyebutkan bahwa Premium itu masuk dalam bahan bakar umum dan statusnya disamakan dengan Pertamax series.

“Penugasan kami di luar Jawa Bali. Didalam Perpres itu dibagi menjadi tiga kelompok. JBU ini jenis bahan bakar umum. Tetapi kami dibuat rambu rambu, jadi tidak boleh lebih Rp 100 lebih mahal di luar Jawa Bali,” kata dia.

M Fansurullah Asa, Kepala Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas), menyatakan sesuai dengan Pasal 20 ayat 2 dalam Perpres191, Pertamina diberi kewenangan untuk menyalurkan BBM diluar Jamali karena memiliki fasilitas. “Di Perpres pasal 20 ayat 2, yang dapat penugasan itu yang ada pengolahan,” kata dia.

Data BPH Migas menyebutkan hingga saat ini 1.904 SPBU tidak menjual premium dari 5.480 SPBU Pertamina.

“Untuk wilayah Jamali, yang menjual premium 3.306 SPBU dan yang tidak jual Jamali sekitar 800-an. Sementara di luar Jamali, dari 2.000-an SPBU, ada 294 SPBU yang tidak menjual premium,” ungkap Fanshurullah.(RI)