JAKARTA – Perubahan acuan harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) yang tengah dikaji pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dipastikan akan menambah pendapatan negara. Hal ini karena harga minyak Indonesia nantinya dipastikan akan dipatok lebih tinggi.

Djoko Siswanto, Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM, mengatakan harga minyak Indonesia selama ini selalu lebih rendah dari Brent. Akibatnya, Indonesia justru mengalami kerugian dengan kondisi sekarang ini. “Ya dekat lah sama Brent. ICP kita itu kan selalu lebih rendah dari Brent, sampai US$5 per barel kadang selisihnya jadi rugi dong,” kata dia.

Menurut Djoko, jika jadi diubah mendekati Brent maka benchmark ICP akan bertambah US$4 per barel. Dengan begitu, jika minyak Indonesia di ekspor minimum dapat pajak dari yang US$4 dikalikan dengan volume. “Otomatis penerimaan negara kita jadi naik kan,” tukasnya.

Rencana perubahan acuan ICP diperlukan karena kondisi sekarang sangat jauh berbeda dengan kondisi migas Indonesia dulu. Pada 1975, produksi minyak Indonesia bisa mencapai 1,5 juta barel per hari dengan tingkat konsumsi hanya sekitar 600 ribu-800 ribu barel per hari.

“Supaya kita laku, makanya kita murahin. Sekarang kan kita sudah ke balik. Kita butuh, kenapa kita jual murah,” tegas Djoko.(RI)