JAKARTA – Penurunan aktivitas di industri migas nasional terus memberikan dampak terhadap berbagai sektor yang juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di daerah, khususnya daerah pemghasil minyak dan gas bumi.

Maejolijn Wajong, Direktur Eksekutif Indonesian Petroleum Association (IPA), mengatakan penurunan aktivitas eksplorasi jelas mempengaruhi pendapatan dan perekonomian daerah.

“Dampaknya terhadap ekonomi lokal. Daerah penghasil dapat bagian dari pemerintah pusat. Dengan turunnya aktivitas, pertumbuhan ekonomi turun,” kata Wajong di Jakarta, Rabu (10/5).

Wajong menambahkan penurunan pertumbuhan ekonomi bisa dilihat di beberapa daerah penghasil migas, seperti di Kutai Kertangara, Kalimantan Timur yang paling besar mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi hingga 7,6%. Padahal di wilayah tersebut banyak kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) besar melakukan kegiatan operasi migas.

Beberapa wilayah lain seperti Rokan hilir. Tanjung Jabung Timur, Musi Banyuasin, Natuna, Kampar, Penajam Paser Utara serta Sorong juga turun rata-rata 1%-3,3%.

Anjloknya pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah penghasil migas tidak lepas dari terus menurunnya investasi yang dilakukan kontraktor yang beroperasi di daerah tersebut. Investasi eksplorasi turun dari US$ 1,4 miliar pada 2013 menjadi US$ 1,1 miliar pada 2014. Bahkan pada 2015, investasi tingga US$ 0,5 miliar. Tidak sampai situ, data BPS dan Kementerian Keuangan hingga November 2016 investasi eksplorasi baru mencapai US$ 0,1 miliar.

“Jadi dari investasi total yang turun itu hanya 1% untuk eksplorasi. Padahal eksplorasi perlu untuk menambah cadangan dan harus dilakukan untuk jangka panjang,” ungkap Wajong.

Christina Verchere, Presiden IPA, mengatakan Indonesia dan negara-negara penghasil migas dalam beberapa tahun ini masih akan harus menghadapi keadaan belum stabilnya harga minyak dunia. Untuk itu setiap kontraktor yang beroperasi dipastikan menata ulang strategi, seperti melalui renegosiasi seluruh kontrak yang telah berjalan.

“Perusahaan mereset rencana investasi itu untuk kesempatan terbaik, apalagi cash flow sangat juga cukup menantang untuk di manage. Jadi harus dibicarakan bagaimana membuat investasi bisa masuk ke Indonesia di tengah lingkungan global,” kata Verchere.(RI)