JAKARTA- Kesepakatan di antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak atau OPEC dan non-OPEC, yang akan memangkas produksi minyak mulai tahun ini telah dipenuhi telah mendorong kenaikan harga minyak global. Pada Jumat (20/1) pekan lalu, harga minyak WTI kontrak pengiriman Maret 2016 menguat 2,11% ke level US$ 53,22 per barel. Dibandingkan dengan akhir pekan sebelumnya, harga hanya menguat 0,13%.

Dalam pertemuan tersebut, OPEC dan produsen minyak lain akan menegaskan kembali komitmen pemangkasan produksi 1,8 juta barel yang disepakati tahun lalu. Sebelas dari 13 anggota OPEC bersama dengan 11 negara-negara non-OPEC telah sepakat untuk melakukan pemotongan produksi minyak pada tahun ini. Namun anggota OPEC Nigeria dan Libya diberi pengecualian.

“Arab Saudi telah mengambil inisiatif dan negara-negara lain mengambil bagian dalam tindakan yang sangat signifikan,” kata Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih kepada wartawan seperti dikutip Reuters.

Alexander Novak, Menteri Energi Rusia, mengatakan kesepakatan itu adalah sukses semua negara. Rusia berjanji bakal bisa memenuhi target tersebut, yaitu penurunan 300 ribu barel per hari pada April atau Mei nanti.

Harga minyak Brent LCOc1 yang jatuh ke US$27,10 per barel tahun lalu saat ini telah mencapai US$50 per barel, di mana OPEC sepakat pada 10 Desember lalu akan menurunkan produksi pada paruh pertama 2017.
Pengurangan produksi bertujuan untuk mengurangi kelebihan stok minyak dunia yang dianggap telah membebani harga minyak selama lebih dari dua tahun.

Arab Saudi memproduksi kurang dari 10 juta barel per hari. Sementara Rusia telah memangkas produksi minyaknya sekitar 100 ribu barel per hari. “Ini tanda-tanda yang menggembirakan bahwa kita semua pada jalur yang benar,” tutur Menteri Perminyakan Kuwait Essam Al-Marzouk.

Sementara itu pada Minggu waktu setempat, telah disepakati pembentukan komite teknis bersama atau technical joint committee(JTC). Komite itu teriri atas perwakilan masing-masing dari lima anggota komite monitoring dan presiden OPEC, yang saat ini dipegang oleh Arab Saudi. Dalam rilisnya, OPEC mengatakan, JTC akan bekerja sama dengan Sekretariat OPEC dalam menyusun data produksi yang akan disampaikan kepada komite pemantauan.

Energy Information Administration (EIA) AS melaporkan, sampai 13 Januari, stok minyak mentah AS naik 2,3 juta barel. Padahal pengamat memprediksi stok akan berkurang 342.000 barel.

Kepala EIA Fatih Birol berharap produksi minyak AS tahun ini naik hingga 500.000 barel per hari. Sedangkan produksi minyak mentah di Februari diprediksi meningkat 4,6% dibandingkan Januari.

Pidato Janet Yellen, Bank Sentral AS (The Fed), yang dianggap tidak memberi kepastian soal kenaikan suku bunga akan dilakukan juga mempengaruhi harga. Yellen malah mengindikasikan suku bunga naik secara perlahan.

Selama ini, rencana kenaikan suku bunga membuat dollar AS menguat dan harga komoditas turun. Pelantikan Trump Euforia pelantikan Presiden AS ke 45 Donald Trump juga tak banyak berpengaruh bagi pergerakan harga minyak. Pasar masih mencari kepastian kebijakan yang akan diterapkan sang presiden.

Harga minyak global pada kuartal I 2017 diperkirakan naik ke kisaran US$ 56–US$ 57 per barel. OPEC masih menjadi katalis positif bagi harga minyak. Pemangkasan yang disepakati hingga bulan Juni pasti akan mengurangi produksi global. Ini ditambah potensi kelanjutan pembatasan produksi juga masih cukup terbuka. (DR)