JAKARTA– PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi, memberi tenggat hingga 7 Januari 2016 kepada calon investor yang akan menjadi mitra dalam pembangunan kilang pengolahan minyak di Tuban, Jawa Timur. Rachmad Hardadi, Direktur Pengolahan Pertamina, mengatakan dari undangan yang disebar kepada 36 calon investor untuk pembangunan kilang Tuban sejak dua pekan lalu, ada 12 perusahaan yang memberi respons.

“Selain investor dari Jepang (JX Nippon & Idemitsu) dan India (Indian Oil Coporation), dari Rusia (Rosmacht) dan Saudi Aramco dari Arab Saudi serta Kuwait Petroleum Coporation dari Kuwait juga tertarik,” ujar Rachmad.

Pertamina menurut Rachmad masih akan terus menunggu respons investor paling lambat 7 Januari 2016. Setelah itu, Pertamina akan melakukan seleksi pada perusahaan tersebut.

“Pada saat akhir Februari ada partner untuk melangkah ke tahapan berikutnya sehingga akhir Februari 2016 atau Maret 2016, strategic partner bisa ditemukan,” ujarnya.

Montty Giriana, Deputi Menko Perekonomian Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral, mengakui bahwa pemerintah telah menugaskan Pertamina untuk membangun kilang minyak di Tuban. Pemerintah tengah menyusun rancangan perpres pembangunan kilang. Pemerintah juga tengah merumuskan fasilitas yang akan diberikan bagi Pertamina untuk membangun proyek kilang itu karena pembangunan kilang masuk dalam kategori industri hulu yang membutuhkan investasi cukup besar. Namun, Montty belum mau merinci jenis insentif yang akan diberikan ke Pertamina.

“Mungkin jaminan untuk pinjaman (langsung), penyertaan modal negara (PMN) atau syukur kalau Pertamina tidak perlu apa-apa (dari pemerintah),” tutur Montty, belum lama ini.

Pemerintah saat ini menyusun perpres tentang Pembangunan Kilang. Rancangan beleid ini ditargetkan tuntas akhir 2015. Salah satu klausul dalam regulasi ini nantinya soal aturan main pembangunan kilang minyak, apakah nantinya kilang minyak akan dibangun Pertamina, swasta, atau dengan APBN.

Pertamina telah membebaskan 350 hektare lahan dari kebutuhan 450 hektare untuk pembangunan kilang minyak di Tuban. Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan seluruh lahan tersebut milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Pengembangan kilang Tuban yang berkapasitas produksi 300 ribu barel per hari (bph) tersebut diperkirakan menelan biaya investasi sekitar US$ 8miliar-10 miliar. Pertamina menargetkan Kilang Tuban mulai dibangun pada tahun depan dan mulai berproduksi pada 2021.

Menurut Dwi, Kilang Tuban akan dibangun Pertamina bekerjasama dengan pihak swasta. Namun, kepemilikan mayoritasnya tetap dipegang Pertamina, minimal 51%. Menurut rencana Pertamina akan menggarap proyek kilang Tuban bersama Saudi Aramco Asia Company Limited (SAAC).

Pertamina sebelumnya meneken kesepakatan pembangunan kilang antara Pertamina dan Saudi Aramco sudah diteken pada Februari 2012. Pertamina dan Aramco akan membangun kilang tersebut pada 2013 dan mulai beroperasi pada 2018. Namun, rencana ini gagal karena terganjal masalah harga lahan yang dimainkan para spekulan. Saudi Aramco pun meminta pemerintah Indonesia bisa menyediakan lahan tersebut dan sejumlah insentif pajak dan nonpajak. Permintaan ini tidak mendapat persetujuan dari pemerintah saat itu.

Belakangan, Saudi Aramco kembali menyatakan minat lamanya untuk membangun kilang di Tanah Air. Minat ini disampaikan kepada Presiden Joko Widodo saat kunjungan ke Arab Saudi baru baru ini. Saudi Aramco menyatakan komitmennya untuk berinvestasi di Indonesia hingga US$ 24 miliar. Sebesar US$ 10 miliar digunakan untuk membangun satu kilang di Tuban. Sisanya dialokasikan untuk merevitalisasi tiga kilang Pertamina di Dumai, Balongan, dan Cilacap. (DR/RA)