JAKARTA – PT Pertamina (Persero) memastikan stok dan pasokan bahan bakar minyak (BBM) aman hadapi musim mudik lebaran tahun ini. Bahkan, perseroan meyakini tidak akan ada tambahan impor BBM. Muchamad Iskandar, Direktur Pemasaran Pertamina, mengatakan Pertamina lebih siap menghadapi musim mudik lebaran tahun ini, sehingga peningkatan konsumsi bahan bakar yang dipastikan akan terjadi juga sudah diantisipasi dengan matang jauh hari sebelumnya.

“Tidak ada tambahan impor BBM, stok reguler kita jaga. Kita siapkan dini, impor tetap tapi sudah terprogram tidak perlu impor lagi jadinya,” kata Iskandar di Jakarta, Senin (22/5).

Indonesia selama ini masih mengimpor BBM jenis gasoline. Rata-rata konsumsi BBM yang mencapai 1,6 juta barel per hari, hanya setengahnya yang mampu dipenuhi dari produk pengolahan kilang Pertamina.
Secara nasional Pertamina sudah mempersiapkan ketahanan stok BBM rata-rata antara 20 hari hingga 24 hari.

Hingga 21 Mei, stok rata-rata premium untuk 24 hari sebesar 1.293.916 kiloliter (KL) untuk memenuhi kebutuhan 53.464 KL per hari.

Untuk pertalite stok sebesar 1.137.822 KL dengan rata-rata konsumsi 54.182 KL per hari atau memenuhi stok hingga 21 hari ke depan.

Pertamax memiliki ketahanan stok 798.699 KL dengan konsumsi per hari sebesar 33.099 KL. Pertamax Turbo ketahanan stok yang dimiliki 22 hari dengan suplai sebesar 19.250 KL dan konsumsi per hari 875 KL.

Untuk solar dengan stok sebesar 1.813.765 KL dan konsumsi per hari 68.728 KL, sehingga memiliki ketahanan stok selama 26 hari.

“Dex konsumsi per hari sebesar 671 KL per hari dengan stok yang disiapkan sebesar 25.133 KL sehingga mampu mengamankan konsumsi selama 37 hari,” ungkap Iskandar.

Pertamina memproyeksikan konsumsi bahan bakar gasoline dan solar diperkirakan akan mengalami peningkatan konsumsi rata-rata sebesar 5 persen hingga 10 persen pada tahun ini. Peningkatan tersebut akan terpusat di wilayah pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah.

Menurut Iskandar, kenaikan konsumsi bahan bakar di Jawa Tengah diproyeksi paling besar dibanding daerah lain, yakni sebesar 26% dari rata-rata.

“Karena itu disana prediksi kita masih akan terjadi hiruk pikuk kemacetan dari arus mudik dari Jawa Tengah ke Jawa Barat atau Jawa Timur. Penumpukan jalur mudik akan terjadi di Jawa Tengah. Disana kita siapkan antisipasi peningkatan cukup besar,” kata Iskandar.(RI)