JAKARTA– PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, berencana menawarkan proyek terminal penampungan minyak mentah atau Centralized Crude Terminal (CCT) di Lawe-lawe, Kalimantan Timur, pada Maret 2017.

Rachmad Hardadi, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, mengatakan pembangunan CCT ini dapat mendistribusikan hasil minyak dari dua kilang yang berdekatan, yakni pengembangan kilang Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan dan kilang baru Grass Root Refinery (GRR) Bontang melalui pipanisasi.

“Kalau bisa dipipanisasi dari Lawe-lawe ke Bontang, mungkin untuk proyek GR Bontang tidak perlu bangun tangki minyak mentah yang jumlahnya besar,” kata Rachmad.

Menurut dia, investasi proyek Kilang Bontang dan Balikpapan bisa diefisiensikan karena kedua kilang tersebut tidak perlu membangun tangki minyak mentah dalam jumlah yang besar. Selain itu, belanja modal (capital expenditure/capex) RDMP Balikpapan senilai US$5,4 bisa dikurangi melalui pembangunan CCT Lawe-lawe. Sementara itu, CCT Lawe–lawe akan dibangun pada lahan seluas 1.100 hektare milik Pertamina dengan skema build-operate-transfer (BOT).

Menurut dia, Pertamina pun tidak perlu mengeluarkan dana yang terlalu besar karena banyak investor dalam negeri yang tertarik untuk bekerja sama. Investor tersebut yang akan membangun, setelah 15 atau 20 tahun diserahkan ke Pertamina. “Selama periode itu, kita membayar semacam biaya operasionalnya,” kata Rachmad.

Pertamina berharap bisa meluncurkan proyek tersebut pada Maret 2017 dalam penawaran proyek project expose guna menggaet mitra strategis. “Harapan saya akhir Maret sudah bisa kita launch program CCT Lawe-lawe. Sebelum diekspos, tentu kami harus berkoordinasi dahulu dengan kementerian teknis terkait,” ungkapnya. (RI/DR/ANT)