JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menargetkan konsumsi Pertalite masih tetap bertumbuh pada tahun ini, meskipun transisi atau perpindahan konsumsi masyarakat dari Premium menurun dibanding tahun sebelumnya. Tahun ini perbandingan konsumsi antara Pertalite dan Premium ditargetkan sebesar 62,5%:37,5%.

“Premium yang 37,5%. Sekarang sudah kelihatan, Premium sama Pertalite sudah hampir 50:50. Tapi di Jawa (Premium) sudah di bawah 40%. Tapi banyak yang di luar Jawa belum, jadi di jumlah dapat hitungannya segitu,” kata Muchamad Iskandar, Direktur Pemasaran Pertamina di Jakarta, Senin (22/5).

Salah satu langkah untuk mengejar target konsumsi Pertalite, Pertamina menambah fasilitas dan infrastruktur dalam penyediaan bahan bakar. “Kami optimis akan migrasi, terutama di luar Jawa karena masalah selama ini infrastruktur kan. Banyak terminal kita yang belum siap untuk Pertalite. Ini yang kita pacu,” tukas Iskandar.

Dia menambahkan ada beberapa daerah prioritas yang menjadi sasaran pembangunan infrastruktur penyediaan BBM, terutama di luar Pulau Jawa.

“Kemarin Jawa dan Sumatera, sudah. Misalnya Kalimantan ada beberapa lokasi yang belum tersedia Pertalite. Ini kita siapkan. Daerah Sulawesi, Papua, Maluku, kita siapkan untuk terminal,” ungkap Iskandar.
Cegah Tragedi Brexit
Kurang dari sebulan musim mudik lebaran, Pertamina mulai menyusun rencana untuk mengantisipasi lonjakan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) kendaraan pribadi yang dipastikan akan terjadi. Salah satunya adalah untuk mencegah terulangnya tragedi Brebes Timur Exit Tol (Brexit) seperti tahun lalu.
Iskandar menyatakan Pertamin telah dan masih terus melakukan persiapan guna mencegah penumpukan kendaraan yang disebabkan antrian kendaraan yang ingin mengisi BBM di SPBU setelah keluar dari jebakan kemacetan disepanjang jalan tol.
“Pertamina diminta di titik rest area yang tidak ada SPBU-nya. Nanti kita isi layanan dengan kios maupun mobile SPBU,” kata dia.
Selain rencana tersebut, Pertamina juga akan tetap menggunakan mekanisme BBM dalam kemasan serta jemput bola atau mendatangi para konsumen yang terlanjur terjebak kemacetan.

“Seperti tahun lalu, kejadian tidak kita duga. Akhirnya kita tempuh dengan moda jemput pakai motor, kita akan siagakan juga seperti itu,” ungkap Iskandar.

Rencana jemput bola atau mendatangi konsumen serta penyediaan mobile SPBU di berbagai rest area yang belum tersedia harus dilakukan karena setelah berkoordinasi dengan aparat keamanan, SPBU yang lokasinya tidak jauh dari pintu keluar tol akan ditutup.
“Memang harus diakui ketika arus mudik itu kadang-kadang SPBU jadi biang kemacetan karena banyak antrian kendaraan yang mau mengisi bahan bakar,” tandas Iskandar.(RI)