JAKARTA – PT Pertamina (Persero) dan Saudi Aramco menunjuk Amec Foster Wheeler Energy Limited sebagai pelaksana studi Basic Engineering Design (BED) proyek pengembangan Kilang Cilacap. Pengembangan Kilang Cilacap merupakan bagian dari Refining Development Masterplan Program (RDMP) Pertamina.

“Sembilan bulan ke depan paling lama design-nya sudah selesai, agar bisa dilanjutkan dengan proses konstruksi yang ditargetkan mulai pada Oktober 2018,” ujar Rahmad Hardadi, Direktur Pengolahan Pertamina di Jakarta, Senin (23/5).

Pengembangan Kilang Cilacap ditargetkan tuntas dan beroperasi pada 2022. Pertamina menargetkan kapasitas kilang pengolahan minyak meningkat menjadi 1.610.000 barel per hari (bph) pada 2025 melalui RDMP lima kilang utama, yakni Kilang Plaju, Dumai, Cilacap, Balikpapan serta kilang Balongan.

Saat ini kebutuhan BBM nasional adalah 1.578.000 bph, sementara kapasitas kilang saat ini hanya mampu memproduksi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 850.000 bph. Defisit pasokan BBM inilah yang kemudian dipenuhi dari impor.

Rahmad menegaskan proyek pengembangan yang dilakukan akan menambah kapasitas produksi Kilang Cilacap hingga 370 ribu bph, dari kapasitas saat ini sebesar 300 ribu bph. Selain itu, kompleksitas produksi kilang juga akan semakin meningkat dan menghasilkan produk BBM dengan standar Euro 5.

“Selain produksi bensin dan diesel, kapasitas petrokimia juga akan meningkat, yakni aromatic meningkat hingga 600 KTPA dan polypropylene hingga 160 KTPA,” ungkap Rahmad.

Menurut Rahmad, tahapan saat ini merupakan kemajuan yang signifikan. Untuk melakukan proyek sebesar ini keberadaan mitra strategis dengan kemampuan teknik dan finansial yang mumpuni sangat diperlukan.

Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina, mengatakan implementasi pengembangan Kilang Cilacap semakin jelas dan akan membuat kilang tersebut menjadi salah satu yang terbaik di Asia.“Saudi Aramco tekadnya membuat kilang Cilacap sebagai kilang terbaik di Asia. Kami siapkan investasi US$5 miliar untuk proyek tersebut,” kata Dwi.

Sementara itu, Saudi Aramco sangat mengapresiasi keputusan Pertamina  dijadikan sebagai partner Pertamina karena potensi dari kerja sama ini cukup baik bagi kedua belah pihak. “Kami yakin proyek ini dapat meningkatkan kemakmuran Indonesia melalui ketahanan energi yang lebih baik dan memperkuat nilai energi global perusahaan kami,” kata Said Al-Hadrami, Vice President of International Operation Saudi Aramco.

Rini Soemarno, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), berharap proyek pengembangan Kilang Cilacap bisa selesai tepat waktu, Bahkan jika bisa, dipercepat mengingat kebutuhan Indonesia akan kilang semakin besar.”Kerja sama dengan Saudi Aramco sudah terjalin lama. Jadi kami sangat senang, pekerjaan ini bisa diselesaikan bisa lebih cepat,” kata dia.

Rinaldy Dalimi, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), menilai kerja sama yang dilakukan Pertamina dan Saudi Aramco dalam pengembangan kilang Cilacap merupakan langkah positif.“Setiap usaha peningkatan produksi BBM melalui pembangunan atau perluasan kilang adalah positif karena akan mengurangi impor BBM,” kata Rinaldy.

Pri Agung Rakhmanto, Staf Pengajar Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti, mengatakan kerja sama Pertamina dan Saudi Aramco untuk pengembangan Kilang Cilacap perlu segera direalisasikan.“Saudi Aramco kan perusahaan besar, logis untuk security supply minyak mentah-nya. Pasokan bahan bakunya juga bisa dari mereka,” tegas Pri Agung.

Dito Ganinduto, Anggota Komisi VII DPR, mengatakan kerja sama pengembangan Kilang Cilacap diharapkan juga bisa memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar kilang. “Jika memang petrochemical yang ingin dikembangkan, saya kira bagus kompleksitas lebih banyak. Jadi bisa lebih murah produksinya kan jadi sangat bagus,” tandas Dito. (RI/RA)