JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mengubah strategi pembangunan  penyalur BBM di wilayah terpencil. Jika sebelumnya dilakukan secara berkala, kini pembangunan dan peresmian akan dilakukan serentak.

Muchamad Iskandar, Pelaksana Tugas Direktur Pemasaran Retail Pertamina, mengatakan pada tahun ini  pemerintah mencanangkan pembangunan lembaga penyalur di 57 lokasi, namun Pertamina mematok lebih tinggi yakni 69 lokasi.

Sepanjang 2017, Pertamina menyelesaikan pembangunan lembaga penyalur di 52 titik lokasi.

“Kemungkinan bertambah di 2018 menjadi 121 titik. Awalnya 109 titik, tapi kami coba kejar yang 2019 ditarik ke 2018,” kata Iskandar kepada Dunia Energi, Selasa malam (27/2).

Percepatan pembangunan lembaga penyalur BBM dilalukan dengan harapan implementasi target 150 lokasi bisa tercapai lebih cepat.

Menurut Iskandar, pada tahun ini prioritas pembangunan lembaga penyalur BBM masih didominasi untuk wilayah timur Indonesia. Sisanya baru kemudian akan dibangun di beberapa wilayah pedalaman Sumatera.

“Banyak di Papua. Sumatera masih ada di pulau seperti Mentawai. Ada empat pulau, dua pulau belum ada (lembaga penyalur). Nias baru ada di ujung saja,” ungkap dia.

Pertamina ditargetkan untuk membangun lembaga penyalur di 150 titik lokasi hingga 2019. Program BBM satu harga digulirkan Presiden Joko Widodo sejak akhir 2016 yang dimaksudkan untuk menyamaratakan harga BBM subsidi Premium sebesar Rp 6.550 per liter dan Solar Rp 5.150 per liter di seluruh wilayah Indonesia.(RI)