JAKARTA – Setelah Kilang Balikpapan, kini proyek revitalisasi (refinery development master plan/RDMP) Kilang Balongan dan Dumai diputuskan akan digarap secara mandiri oleh PT Pertamina (Persero).

Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina, menyatakan pada awalnya Pertamina berniat untuk mencari mitra dalam proyek revitalisasi kedua kilang tersebut, namun akhirnya diambil keputusan untuk dilakukan secara mandiri sehingga bisa mewujudkan target percepatan pengembangan kilang. Pasalnya, pemilihan mitra akan memakan waktu karena harus melalui berbagai proses seleksi pasca tidak tercapainya kesepakatan dengan Saudi Aramco.

Revitalisasi Kilang Balongan harus bisa segera diselesaikan bersama dengan Kilang Balikpapan. Hal ini disebabkan Kilang Balikpapan setelah direvitalisasi tidak akan bisa lagi memproduksi campuran nafta yang selama ini dibutuhkan Kilang Balongan.
Kilang Balikpapan menjadi pemasok campuran nafta sebesar sekitar 35 persen-40 persen dari kebutuhan Kilang Balongan. Sementara ketika selesai direvitalisasi, Kilang Balongan akan mampu menghasilkan nafta sendiri.

Menurut Dwi, setelah dilakukan evaluasi dan kajian financial, Pertamina mampu untuk membiayai pengembangan Kilang Balongan.
“Balongan akan stages. mereview posisi keuangan dan strategi partnership dengan mitra lain. Karena Balongan sangat terkait dengan Balikpapan maka akan diselesaikan dulu. Ini akan digarap sendiri karena investasi tidak besar,” kata Dwi di Jakarta.

Pertamina sendiri menyiapkan anggaran sekitar US$ 1,2 miliar untuk mengembangkan Kilang Balongan. Nilai investasi tersebut menurun ketimbang perhitungan awal yang mencapai US$ 2,7 miliar. 

Rachmad Hardadi, Direktur Mega Proyek dan Petrokimia Pertamina, menyatakan selain perubahan skema, revitalisasi kilang juga akan mengalami perubahan dalam tahapannya karena akan menjadi dibagi menjadi dua tahap.  Untuk tahap pertama ini dibutuhkan investasi yang tidak terlalu besar. Beberapa proses pengerjaan tahap awal atau tahap pertama kilang diprioritaskan untuk bisa beroperasi secara mandiri tanpa harus didukung oleh suplai nafta dari kilang Balikpapan.

“Awalnya Balongan kami run 2023, tapi dengan perkembangan terakhir setelah dievaluasi Balongan harus diupayakan harus bisa mandiri kalau tidak mandiri bisa running tapi cuma 60 persen. Padahal idealnya harusnya paling sedikit 70%. Tahap satu nanti sudah efisien,” tutup Rachmad.(RI)