JAKARTA – PT Pertamina (Persero) memberikan kontribusi signifikan terhadap upaya peningkatan gross domestic product (GDP) Indonesia yang pada 2016 diprognosakan mencapai US$940,95 miliar.

Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina, mengatakan GDP suatu negara dipengaruhi empat komponen, yaitu consumer spending konsumsi masyarakat, belanja pemerintah, investasi dan selisih antara ekspor dikurangi impor. Dalam konteks keempat komponen tersebut, Pertamina berperan cukup dalam sehingga memberikan pengaruh terhadap GDP Indonesia.

Dia menjabarkan dalam hal konsumsi masyarakat, harga BBM yang kompetitif ikut merangsang kegiatan ekonomi masyarakat. Ditambah lagi dengan penerapan bahan bakar minyak (BBM) satu harga di seluruh Nusantara yang disamping memberikan keadilan bagi seluruh masyarakat, juga berperan menstimulasi kegiatan perekonomian masyarakat.

“Dengan BBM satu harga, masyarakat merasakan betul dampak positifnya. Dengan harga BBM yang lebih terjangkau, masyarakat menjadi lebih leluasa dalam melakukan aktivitas ekonomi, lebih produktif dan distribusi barang menjadi lebih efisien sehingga memengaruhi harga-harga barang lainnya,” ujar Dwi saat menyampaikan sambutan kunci pada pembukaan pelatihan bertema Advancing Accountable Resources Governance in Asia Pacific yang diselenggarakan FISIPOL Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Rabu (11/1).

Dari aspek belanja pemerintah, Pertamina telah berperan untuk mendukung anggaran negara melalui kontribusi dividen dan pajak. Hingga November lalu misalnya, Pertamina telah menyetor pajak tidak kurang dari Rp58 triliun.

Untuk investasi, Pertamina telah memiliki rencana investasi lebih dari US$100 miliar hingga 2025. Investasi tersebut dialokasikan untuk berbagai lini usahanya, termasuk pembangunan infrastruktur energi yang tidak hanya berperan penting untuk ketahanan energi nasional tetapi juga dalam penyerapan tenaga kerja.

Adapun, komponen terakhir mengenai selisih ekspor dan impor yang ditunjukkan dengan penurunan volume impor sejumlah produk bahan bakar. “Yang mengalami penurunan impor signifikan di antaranya solar,” tukas Dwi dalam keterangan tertulisnya.

Dwi menambahkan dengan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan grass root refinery, diharapkan juga dapat mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional dan membebaskan Indonesia dari ketergantungan impor produk BBM pada 2023.(AT)