JAKARTA – Pembangunan Grass Root Refinery (GRR) Bontang berpotensi lebih cepat dengan perubahan skema dari Kilang Pemerintah Berbentuk Badan Usaha (KPBU) menjadi penugasan khusus ke PT Pertamina (Persero).

Rahmad Hardadi, Direktur Pengolahan Pertamina, mengatakan pembangunan kilang bisa lebih cepat kalau menggunakan skema penugasan khusus.

“Kalau KPBU terkesan aspek administarsi banyak sekali. Penugasan khusus administrasi juga comply, namun kami bisa gerak lebih cepat, seperti (proyek kilang) Tuban misalnya,” ujar dia di Jakarta, Rabu (10/8).

Menurut Rahmad, jika sudah diputuskan secara final, Pertamina akan langsung melakukan beberapa langkah percepata, misalnya saja dari sisi seleksi pencarian mitra tidak perlu lagi melakukan seleksi dari awal. Bahkan, Pertamina menargetkan awal tahun depan mitra untuk pembangunan kilang Bontang sudah bisa terpilih.

“Kita langsung mulai seleksi semifinal sekitar 30 sampai 36 partisipan yang sudah terseleksi. Dan jika gerak cepat Februari 2017 sudah terpilih,” tegas dia.

Salah satu perusahaan yang berpeluang digandeng Pertamina membangun kilang Bontang adalah National Iranian Oil Company (NIOC). Saat Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, ke Iran pada Senin (8/8), BUMN perminyakan Iran itu sudah menyatakan minatnya ikut menggarap proyek Bontang.

Rahmad meyakini jika sudah berjalan sesuai rencana dan Pertamina resmi diberikan penugasan, Kilang Bontang ditargetkan bisa on stream pada 2022. “Ini semua tergantung keputusan dari pemerintah. kami tidak hanya menunggu, namun seluruh data sudah siap, tinggal di switch,” tandas Rahmad.

Proyek Kilang Bontang yang diperkirakan menelan investasi US$14 miliar dan memiliki kapasitas 300. ribu barel per hari (bph) awalnya ditargetkan rampung 2023.(RI)