JAKARTA – PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) atau PGN merampungkan rencana pengembangan fasilitas dan infrastruktur gas di berbagai wilayah di Indonesia sebagai bagian dari rencana pembentukan induk usaha (holding) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) minyak dan gas.

“Potensi di masa yang akan datang, Pertamina dan PGN sudah buat mapping di pasar, sehingga sinergi ini bisa ditingkatkan,” kata Yenni Andayani, Direktur Gas dan EBT Pertamina.

Menurut Yenni, integrasi antar Pertamina dan PGN sangat penting karena kedua BUMN menguasai sebagian besar jaringan gas nasional. Apalagi berdasarkan data pemerintah akan ada peningkatan konsumsi gas nasional, bahkan Indonesia mulai impor gas pada 2020.

“Pertamina dan PGN tugasnya memberikan jaminan ketersediaan gas. Pak Menteri ESDM sudah mengatakan akan ada shortage atau defisit gas di 2020. Sehingga PGN dan Pertamina harus fokus pada ketersediaan infrastruktur yang tersedia,” ungkap Yenni.

Menurut Yenni, integrasi Pertamina dan PGN yang paling nyata bisa dilihat di wilayah Medan, Sumatera Utara. PGN yang menguasai jaringan distribusi dan Pertamina memiliki jaringan pipa transmisi yang luas.
“Kalau kita tidak kerja sama, gas tidak bisa mengalir ke Medan. Kalau kita kerja sama gas di Medan bisa mengalir dan harga yang diterima pasar lebih murah. Ini menunjukkan betapa efektifnya sinergi di lapangan antara Pertamina dan PGN,” papar Yenni.

Ada beberapa fasilitas pipa yang kini tengah disiapkan untuk diintegrasikan dengan terbentuknya holding BUMN migas, meliputi Sumatera Utara dengan pemanfaatan pipa Arun – Belawan serta pipa milik PGN yakni Belawan – KIM-KEK serta potensi penyaluran gas ke pembangkit PT PLN (Persero) Paya Pasir.

Wilayah lainya adalah Sumatera Tengah dan Selatan seperti pemamfaatan bersama ruas Teras-Palembang, pemangunan Duri-Dumai. Tidak hanya di Sumatera, potensi pengembangan infrastruktur juga diproyeksikan terjadi di wilayah Jawa.
Untuk bagian barat kerja sama pemanfaatan pipa akan menghasilkan pipa open access di ruas Mundu-Cilamaya-CIlegon serta ruas Muara Karang–Muara Tawar milik Pertamina. Serta pemanfatan pipa distribusi PGN diruas Cilegon – Serang, Cilegon-Anyer, Cimanggis-Bogor, Jababeka dan Distribusi PGN Bekasi.

Untuk Jawa Tengah menghasilkan pemanfaatan pipa distribusi yang dimiliki PGN serta pengembangan pasar baru karena ada sumber gas Cepu ataupun potensi produsen gas lainnya.

Wilayah Jawa Timur, kerja sama Pertamina dan PGN akan hasilkan pipa open access milik Pertamina di ruas Pagerungan – Gresik, Porong – Grati, Gersik – Semarang. Serta pemanfaatan pipa distribusi PGN untuk ruas Waru-Driyorejo, Waru-Mojokerto-Jombang, Gresik-Manyar, Porong-Pandaan, Pasuruan – Probolinggo.

Dilo Seno Widagdo, Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN, mengungkapkan integrasi antara Pertamina dan PGN sebenarnya bukan hal baru. Pemerintah sudah sering menugaskan kedua perusahaan untuk menggarap program bersama.
Pertamina dan PGN sudah dua tahun diberikan penugasan bersama oleh Kementerian ESDM untuk membangun jaringan gas kota.

“Sudah hampir lebih dari 70 ribu sambungan Rumah Tangga (SR) yang dibangun dan dikelola PGN. Pertamina hampir sama, yang mana sebenarnya jargas kota ini terkoneksi satu sama lain dengan jaringan distribusinya PGN dan jaringan transmisi Pertamina,” ungkap Dilo.

Seiring pembentukan holding BUMN migas integrasi Pertamina dan PGN akan makin meningkat, terlebih i arah pengembangan infrastruktur akan bergerak ke arah Timur Indonesia.

“Holding belum jalan, tapi di ranah operasional kita coba melakukan bentuk kerja sama yang nantinya kita harapkan bisa menghasilkan sinergi yang positif, “ tandas Dilo.(RI)