Pengapalan kargo perdana produk petrokimia propylene hasil produksi Kilang ROPP Pertamina.

INDRAMAYU – Direktur Pengolahan PT Pertamina (Persero) Chrisna Damayanto mengaku optimis, pihaknya ke depan akan mampu menguasai 80% pasar produk petrokimia di Indonesia.

Langkah menuju ke sana pun telah dimulai, dengan pengapalan kargo perdana propylene sebanyak 1.500 ton, yang merupakan hasil produksi Kilang RCC Off Gas to Propylene Project (ROPP) Balongan, pada Rabu, 30 Januari 2013.

Kargo perdana propylene produksi Kilang ROPP Balongan itu, dikapalkan dengan tujuan pengiriman pabrik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, menggunakan kapal MT Gas Sumatera. Peresmiannya dilakukan oleh Chrisna Damayanto, di Jetty Propylene RU VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat.

Chrisna menjelaskan, ROPP di Kilang Balongan adalah proyek pemanfaatan gas buang yang dihasilkan residue catalytic cracking (RCC) menjadi propylene yang bernilai tambah tinggi. Kilang ROPP Balongan sendiri mulai beroperasi sejak 14 Januari 2013.

Kilang ROPP Balongan berkapasitas 179.000 ton per tahun, dibangun dengan investasi sekitar USD 387 juta, dengan kontraktor EPC PT Rekayasa Industri dan Toyo Engineering Corporation. Chrisna yakin, produksi propylene ROPP Balongan ini akan mengurangi impor produk propylene, yang kebutuhannya di dalam negeri semakin meningkat dari waktu ke waktu.

“Mulai beroperasinya ROPP Balongan, dan kini mulai mendistribusikan produk pada konsumen diharapkan menjadi milestone kebangkitan kedua industri petrokimia nasional,” ujar Chrisna.

Menurutnya, Pertamina telah menargetkan penguasaan pasar petrokimia nasional hingga 80% pada 2025. Ia yakin, target itu dapat tercapai melalui kerjasama dengan perusahaan-perusahaan nasional dan multinasional.

Sebelumnya, kata Chrisna, Pertamina telah menandatangani nota kesepahaman dengan Chandra Asri Petrochemical, sebagai dasar penyusunan kesepakatan akhir pembentukan joint venture pendirian pabrik polypropylene berkapasitas 250.000 ton per tahun, di RU VI Pertamina – Balongan pada 2014.

Menurutnya, Pertamina juga telah menandatangani nota kesepahaman dengan tiga perusahaan petrokimia multinasional. Yaitu SK Global Chemical, PTT Global Chemical, dan Mitsubishi Corporation, yang merupakan perusahaan petrokimia terkemuka di kawasan Asia.

“Salah satu dari tiga calon mitra tersebut akan dipilih sebagai mitra usaha patungan untuk membangun naphta cracker yang ditargetkan dapat beroperasi pada 2017,” kata Chrisna lagi.

Pada kesempatan yang sama, VP Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir menuturkan bahwa selain target jangka panjang pada 2025, Pertamina juga telah mencanangkan target jangka menengah, yakni mampu menguasai 30% pasar petrokimia nasional pada 2017.

“Pada 2017, kami memperkirakan pasar petrokimia nasional akan mencapai USD 30 miliar. Saat ini pasar petrokimia nasional baru mencapai sekitar USD 5 miliar, dan baru 10% diantaranya yang merupakan pangsa pasar Pertamina,” ujar Ali Mundakir.

(Abdul Hamid/duniaenergi@yahoo.co.id)