JAKARTA – PT Pertamina (Persero) batal ambil bagian dalam proyek Masela. Sikap tersebut dinyatakan setelah pemerintah menetapkan sebagian besar alokasi gas Masela untuk industri petrokimia.

“Pertamina tidak jadi ambil gas (Masela), mereka bilang kalau memang lebih perlu digunakan untuk industri, ya tidak usah,” kata Muhammad Khayam, Direktur Industri Kimia Hulu, Direktorat Jendral Kimia, Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian di Jakarta, Senin malam (12/6).

Pertamina sebelumnya akan menjadi salah satu penyerap utama gas Masela. Bahkan Pertamina berencana mengakuisisi 20% hak partisipasi Masela dari Inpex Corporation.

Menurut Khayam, pemerintah sejak awal terus mendorong Pertamina untuk bisa menjajal lebih dalam ke bisnis petrokimia. Apalagi manfaat bagi bisnis Pertamina akan positif. Misalnya, bisa digunakan untuk mengurangi impor jika Pertamina bisa memproduksi bahan Dimethyl Ether (DME).

Bahkan pemerintah menyiapkan mekanisme perusahaan patungan (joint venture) antara Pertamina dengan perusahaan lain.

“Kita itu dorong Pertamina bisa masuk juga ke petrochemical, terutama mungkin kalau mereka masuk ke DME. Jadi itu kan signifikan untuk mengurangi impor LPG, tapi langsung dijawab Bu Yenni (Direktur Gas Pertamina) tidak usah,” ungkap Khayam.

Kementerian Perindustrian saat ini tengah memastikan kesiapan beberapa perusahaan untuk menyerap gas Masela. Perusahan-perusahan tersebut semuanya bergerak di sektor petrokimia, seperti pupuk, methanol dan Dimethyl Ether.

IGN Wiratmaja Puja, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan pemerintah hati-hati betul jika mengandalkan industri untuk menyerap gas Masela. Pemerintah memastikan siapapun yang terpilih nantinya harus memiliki komitmen pasti bersama dengan PT PLN (Persero) dan pelaku usaha.

“Kita siapkan yang minta ini harus firm, karena jangan sampai minta tapi tidak terserap,” tandas Wiratmaja.(RI)