JAKARTA –  PT Pertamina (Persero) mulai memasarkan bahan bakar minyak (BBM) bersulfur paling rendah yakni 50 part per million (ppm) yang pernah dibuat dan diolah di kilang Indonesia. Adapun jenis BBM yang mulai bersulfur rendah ini baru diterapkan pada jenis Pertamax Turbo yang memiliki RON 98.

Gigih Wahyu Hari Irianto, Senior Vice President Fuel Marketing Pertamina,  mengatakan selama ini BBM di Indonesia memiliki sulfur rata-rata 300-500 ppm. Adapun Pertamax Turbo yang sekarang dipasarkan memiliki sulfur 300 ppm. BBM bersulfur rendah yang saat ini diproduksi bukanlah BBM Euro 4 hanya saja memiliki sulfur setara Euro 4.

“Produksi Pertamax Turbo dengan sulfur 50 ppm itu sesuai dengan Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan (KLHK).  RON sama sulfurnya ini yang penting dulu belum Euro 4 karena Euro 4 kan ada chemicalnya,  tapi kita sudah memenuhi permintaan KLHK,” kata Gigih saat ditemui di pembukaan booth Pertamina dalam GIIAS 2017, Kamis malam (10/8).

KLHK sebelumnya telah menerbitkan regulasi No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 Tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dengan kandungan sulfur maksimal 50 ppm.

Ujicoba BBM bersulfur rendah ini pun dilakukan dengan cara mencampurnya dengan Pertamax Turbo yang selama ini dipasarkan. Tujuannya untuk mengetahui respon masyarakat serta mesin dalam menerima bahan bakar bersulfur rendah. Ada sekitar 10 SPBU di wilayah Jakarta yang mulai sediakan Pertamax Turbo bersulfur rendah.

Menurut Gigih, untuk tahap uji coba  produksi Pertamax Turbo yang miliki 50 ppm hanya baru sekitar 2 ribu kilo liter (KL). Pertamina memastikan tidak ada perubahan harga, meskipun Pertamax Turbo secara bertahap mulai bersulfur rendah. Saat ini harga Pertamax Turbo bervariasi di setiap daerah yakni antara Rp 9.250 per liter sampai Rp 16.250 per liter. Untuk wilayah Jabodetabek harganya adalah Rp 9.250 per liter.

“Sudah dijual tapi masih mix, dicampur karena kan tidak ada tempat. Sudah mulai di beberapa SPBU di Jakarta,  terutama yang di COCO, harganyapun tetap padahal biaya naik ” ungkap dia.

Gigih menuturkan meskipun belum Euro 4  dengan diproduksinya BBM bersulfur 50 ppm ini menunjukkan niat Pertamina untuk siap memproduksi BBM Euro 4, bahkan Euro 5 jika proyek revitalisasi kilang-kilang  rampung.

Saat ini baru Kilang Balongan yang memproduksi BBM bersulfur rendah, namun bagian pengolahan juga sedang mempersiapkan agar bisa diolah di kilang lainnya.

“Sekarang sedang jalan di Balongan tapi semua kilang sekarang sedang mencoba produksi low sulfur 50 ppm. Untuk tahun ini belum fully Euro 4, tapi kalau sulfur konten ini menuju ke Euro 4,” tandas Gigih.(RI)