JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menegaskan komitmennya untuk menyediakan bahan bakar minyak (BBM) ke seluruh tanah air, termasuk ke daerah-daerah terpencil dan terluar. Untuk mendukung langkah tersebut, Pertamina meminta dukungan masyarakat dan pemerintah terhadap kinerja bisnis yang dijalankan.

“Tentunya dengan kami tetap sehat, tetap bisa hasilkan laba, kami tetap bisa support saudara-saudara kita diperbatasan. Jadi kami punya tekad, punya misi, harus selalu bisa menyediakan BBM di kawasan 3 T, terluar, terjauh, dan terpencil,” ujar Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina di Jakarta, Minggu (23/10).

Menurut Wianda, Pertamina membutuhkan support besar dari pemerintah agar bisa mempertahankan kinerja dengan baik. Contohnya, apabila ingin melakukan ekspansi bisnis, baik di dalam negeri, mengembangkan lapangan-lapangan migas, pengembangan infrastruktur energi, seperti membangun kilang baru, meningkatkan kapasitas kilang, hingga mencari sumber-sumber minyak di luar negeri, semua tidak akan berjalan dengan lancar tanpa dukungan pemerintah.

“Tentunya kami butuh dukungan masyarakat dan pemerintah sehingga ada alokasi dana, sehingga kami bisa terus menerus mensupport masyarakat yang tentunya masih harus dibantu Pertamina,” kata dia.

Wianda mengatakan mendistribusikan BBM ke daerah-daerah 3T memang ada kendala untuk memberlakukan BBM satu harga. Kendala pertama karena tidak adanya lembaga penyalur resmi Pertamina. Kedua adalah tatanan geografis yang juga sangat luar biasa, bahkan untuk bebrapa kabupaten di Papua dan Kalimantan Utara, terutama di Kecamatan Krayan yang hanya dapat dijangkau dengan pesawat udara. Dan ketiga, menyangkut infrastruktur BBM yang tersedia.

“Intinya Pertamina berfokus pada solusi tiga hal itu. Selama ini, masyarakat Kaltara tidak mendapat BBM secara resmi,selalu mengambil dari Sarawak yang jaraknya sekitar 160 km,” ungkap dia.

Pertamina, lanjut Wianda, saat ini sudah mendirikan dua agen penjualan minyak solar. Dengan begitu, harganya bahkan lebih rendah dari di Jawa, karrna harga yang digunakan non harga Jamali yang ditetapkan Rp6.450 per liter untuk premium dan solar Rp 5.150 per liter.

Solusi kedua, yaitu menyediakan pesawat khusus, yaitu pesawat Air Tractor, yang khusus dedicated mengantarkan BBM ke kecamatan Krayan. Tahun ini Pertamina menargetkan merealisasikan tiga Air Tractor.

“Intinya, Pertamina memberikan solusi bagi tiga masalah yang selama ini menjadi penyebab BBM tidak saja dapat dijangkau dengan harga wajar, dan bahkan memang tidak ada,” tukas Wianda.

Satya W Yudha, Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Golkar, mengatakan jika Pertamina membutuhkan dana untuk menerapkan kebijakan BBM satu harga, DPR siap membicarakannya dengan pemerintah. Nanti ada faktor-faktor yang bisa dihitung, berapa harga keekonomian disana.

“Silahkan saja nanti kita bicarakan dengan pemerintah. misalnya untuk daerah-daerah yang dianggap sulit, atau rumit, kita masukkan ke dalam BBM penugasan khusus,” kata Satya.(RA)