JAKARTA – Revitalisasi kilang Balongan yang berlarut-larut dinilai menjadi indikasi masih ada pihak-pihak yang tidak senang dengan upaya PT Pertamina (Persero) dalam mewujudkan ketahanan energi melalui penambahan kapasitas kilang.

“Apabila penambahan kapasitas kilang tertunda otomatis Indonesia harus melakukan impor BBM. Dengan semakin membesarnya impor BBM tentu menjadi sasaran empuk bagi mafia migas untuk memburu rente,” kata Fahmy Radhi, pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada kepada Dunia Energi, Jumat (23/12).

Menurut dia, Pertamina bisa mengembangkan kilang Balongan secara mandiri seperti langkah sebelumnya dalam merevitalisasi kilang Balikpapan. “Sembari mencari investor untuk membangun kilang baru,” tukas Fahmi.

Manajemen Pertamina akan mengkaji ulang skema revitalisasi (refinery development master plan/RDMP) Kilang Balongan seiring tidak dilanjutkannya rencana kerja sama pengembangan dengan Saudi Aramco.

Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina, menyatakan pengembangan kilang yang harus dipercepat setelah kilang Cilacap adalah Balongan. Untuk itu, top managemet Pertamina akan melakukan evaluasi kilang Balongan.

“Balongan paling penting untuk diintegrasikan setelah RDMP lain selesai. Kita lakukan perubahan perencanaan yang lebih matang dan tepat sesuai kebutuhan. Kita dari Pertamina mereview siapkan skenario baru nanti seperti apa,” kata Dwi.

Dia menambahkan upaya percepatan revitalisasi kilang Balongan dilakukan agar bisa diselesaikan sesuai dengan kilang Balikpapan. Selama ini kilang Balongan mendapatkan campuran nafta dari kilang Balikpapan sekitar 35%-40% dari kebutuhan. Jika sudah selesai direvitalisasi kilang Balikpapan tidak bisa lagi memproduksi nafta yang dibutuhkan kilang Balongan.

“Jadi karena itu kita review jika harus naik, kapasitas posisi seperti apa, karena source feed-nya untuk Balongan terputus,” tukas Dwi.

Rachmad Hardadi, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, menyatakan waktu dan finansial menjadi salah satu indikator nanti saat perusahaan dalam memutuskan skenario pembangunan kilang Balongan.

Tim dari Pertamina sudah bekerja sejak tidak adanya keputusan untuk memperpanjang proses kerja sama dengan Saudi Aramco, karena itu ada dua opsi untuk bisa melanjutkan proyek dijalankan sendiri atau tetap mencari partner.

“Tim kami sudah memulai prosesnya, nanti kita lihat. Jadi begini, kalau ternyata Pertamina bisa run dengan our capability, tentu tidak perlu mencari partner,” kata Rachmad.(RI)