JAKARTA – PT Pertamina (Persero) telah merealisasikan bahan bakar minyak (BBM) satu harga di sembilan wilayah, dari total 53 wilayah tertinggal, terluar dan terdepan yang akan diberlakukan BBM satu harga. Langkah Pertamina dinilai harus diapresiasi karena butuh komitmen tinggi untuk menyalurkan BBM ke daerah pelosok yang minim sarana transportasi.

“Tahap demi tahap komitmennya mampu dilaksanakan. Upaya ini harus diapresiasi karena sungguh berat membawa BBM ke pelosok-pelosok yang minim sarana transportasi,” ujar Ibrahim Hasyim, Komisaris Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) kepada Dunia Energi, Selasa (7/2).

Ibrahim mencontohkan, untuk lokasi Long Apari, BBM 90 drum semula diangkut dengan kapal lewat sungai Mahakam menelusuri jarak 350 kilometer (km). Karena air sungai sudah mulai dangkal, 20 drum dipindahkan ke kapal yang berukuran lebih kecil dan berlayar sekitar 125 km.

“Sesampainya di sana, dibongkar dan dimuat ke sarana transportasi darat, diangkut lagi beberapa kilometer lagi. Tidak ada di dunia yang melakukan seperti itu, membawa BBM sejauh itu. Tidak ada kalkulasi apapun yang bisa menjawab betapa mahalnya NKRI itu,” kata Ibrahim.

Sembilan wilayah tertinggal, terluar dan terdepan yang sudah bisa merasakan BBM satu harga tersebut yakni P. Batu, Kabupaten Nias Selatan, Propinsi Sumatera Utara; Siberut Tengah, Kab. Kepulauan Mentawai, Propinsi Sumbar; Kep. Karimun Jawa, Kab, Jepara, Propinsi Jawa Tengah, Pulau Raas, Kab. Sumenep, Jawa Timur; Tj Pengamus, Kab. Sumbawa, Propinsi Nusa Tenggara Barat; Waingapu, Kab. Suba Timur, Propinsi Ntt; Wangi-Wangi, Kab. Wakatobi, Propinsi Sulawesi Tenggara; Moswaren, Kab. Sorong Selatan, Propinsi Papua Barat; Kec. Long Apari. Kab. Mahakam Hulu, Propinsi Kalimatan Timur.

Dengan demikian sejak akhir Februari 2017, warga di daerah tersebut bisa mendapatkan premium seharga Rp 6.450 per liter dan dolar Rp 5.150 per liter. Sebelumnya warga di wilayah tersebut harus membeli premium pada kisaran Rp 8.000 – Rp 15.000 per liter dan solar pada kisaran Rp 7.000 – Rp 18.000 per liter.

Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina, mengatakan Pertamina terus melakukan progres pemetaan di 148 kabupaten yang telah ditetapkan sebagai lokasi sasaran BBM Satu Harga.

“Hasil pemetaan dari delapan Marketing Operation Region kami, hingga 2 Maret 2017 sudah ada 53 lokasi yang kami tentukan untuk mendapatkan BBM satu harga, sembilan di antaranya sudah beroperasi,” ungkap Wianda.

Wianda menambahkan proses pemetaan hingga terealisasinya BBM satu harga di suatu wilayah, memerlukan waktu karena setelah lokasi ditetapkan, Pertamina juga harus melakukan survei transportasi BBM. “Proaktif menggandeng investor lokal, pembangunan infrastruktur hingga akhirnya APMS (Agen Premium Minyak dan Solar) di wilayah yang menjadi sasaran BBM satu harga beroperasi,” kata dia.(RA)