JAKARTA – PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, melalui anak usahanya PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), menargetkan peningkatan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebesar 14% per tahun pada periode 2017-2021. Saat ini kapasitas terpasang PLTP yang dikelola PGE mencapai 532 megawatt (MW) dan akan menjadi 1.037 MW pada 2021.

Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina, mengatakan Pertamina akan terus mengembangkan seluruh wilayah kerja panas bumi yang dimiliki, baik yang masih tahap eksplorasi maupun yang sudah menjadi proyek. “Beberapa project adalah multi years dan ada yang sudah CoDtahun ini maupun akan CoD tahun depan,” ujar Syamsu di Jakarta, Kamis (22/12).

Pada 2017, Pertamina menargetkan dua PLTP akan bisa beroperasi komersial (commercial operation date/CoD), yakni PLTP Ulubelu Unit 4 berkapasitas 55 MW dan PLTP Karaha Unit 1 berkapasitas 30 MW. Dengan tambahan 85 MW, kapasitas terpasang PLTP Pertamina pada akhir 2017 akan menjadi 617 MW

Pertamina melalui PGE saat ini menjalankan sejumlah proyek panas bumi. Lima proyek PLTP adalah Kamojang, Karaha, Lahendong, Ulubelu dan Lumui Balai. Dua proyek steam field, yakni Sungai Penuh dan Hululais. Selain itu terdapat empat wilayah kerja pertambangan panas bumi yang masih dalam tahap eksplorasi, yakni Seulawah, Bukit Daun, Margabayur dan Lawu.

Irfan Zainuddin, Direktur Utama PGE, menjelaskan kapasitas pembangkit PGE saat ini mencapai 532 MW seiring beroperasinya PLTP Lahendong Unit 6 berkapasitas 20 MW pada 9 Desember 2016. “Kami percepat pengoperasian PLTP Lahendong Unit 6 dari seharusnya pada 2017,” ujar dia.

PGE sebelumnya pada Juli 2016 telah mengoperasikan PLTP Ulubelu Unit 3 berkapasitas 55 MW. Total kapasitas pembangkit panas bumi Pertamina saat ini berasal dari PLTP Kamojang 235 MW, Lahendong 100 MW, Ulubelu 165 MW dan Sibayak 12 MW.

Menurut Irfan, secara umum PGE bisa mencapai target-target yang ingin dicapai sepanjang 2016. Bahkan, ada sejumlah proyek, seperti PLTP Lahendong Unit 6 yang lebih cepat dari target.

”Namun akibat longsor yang terjadi di Lumut Balai, Sulawesi Selatan dan Hululais, Bengkulu, CoD (commercial operation date)-nya agak sedikit mundur,” ungkapnya.

Pertamina melalui PGE menguasai 15 wilayah kerja panasbumi yang tersebar di seluruh Indonesia. Kewajiban pemegang wilayah kerja untuk mengembangkan lapangan tersebut.

Menurut Abadi Purnomo, Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia, Pertamina sebagai BUMN merupakan motor penggerak ekonomi dan pembangunan sudah selayaknya menjadi pioneer pengembangan panasbumi di Indonesia. Pertamina merupakan satu-satunya BUMN yang mempunyai kapabilitas di bidang panasbumi, baik dari sisi penguasaan teknologi, sumber daya manusia maupun pendanaan. Pasalnya, perseroan sudah sejak era 1980 berkecipung dibidang panas bumi.

“Sudah seyogyanya Pertamina diberikan peran lebih besar lagi untuk dapat mengembangkan panasbumi,” jelas Abadi.(RA/RI)