JAKARTA- PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), anak usaha PT Pertamina  Hulu Energi di sektor hulu minyak dan gas bumi, mengalokasikan dana investasi dalam work plan and budget (WP&B) sepanjang 2016 sebesar US$ 565 juta atau sekitar Rp 7,12 triliun yang terdiri atas belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$ 168 juta dan biaya operasi (operational expenditure/opex) senilai US$ 397 juta. Dana tersebut dialokasikan untuk mencapai target produksi minyak sebesar 37.300 barel per hari dan gas sebanyak 163 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Irwansyah, General Manager PHE ONWJ, mengatakan capex perseroan tahun ini dianggarkan untuk pemboran tiga sumur sebesar US$ 35 juta, workover 11 sumur senilai US$ 30 juta,proyek penggantian produk pipeline sebesar US$ 63 juta, dan peningkatan (upgrading) fasilitas di lima station senilai US$ 33 juta. Sedangkan opex dialokasikan terutama untuk biaya produksi. “Sumber dana sepenuhnya dari PHE holding,” ujar Irwansyah di Jakarta, Rabu (13/1).

Menurut Irwansyah, target produksi minyak dan gas tahun ini turun dibandingkan pencapaian tahun lalu. Pada 2015, produksi minyak PHE ONWJ mencapai 40.031 barel per hari dari target dalam WP&B sebesar 40 ribu barel per hari. Sedangkan pencapaian produksi gas sebesar 178,4 MMSCFD dari target dalam WP&B sebesar 175 MMSCFD.

“Target produksi minyak tahun ini turun terutama karena decline produksi, dan banyaknya rencana kerja sumur yang tidak ekonomis dilaksanakan, terkait dengan penurunan harga minyak.Target produksi gas turun, terutama karena decline produksi,” ujar dia.

Komaidi Notonegoro, Deputi Direktur ReforMiner Institute, mengatakan penurunan target produksi PHE ONWJ itu masuk akal karena bias karena produktivitas lapangan yang sudah turun. Bisa juga karena pertimbangan bisnis karena harga minyak mentah yang terus turun. “Untuk apa produksi minyak banyak-banyak di saat harga minyak saat ini sedang turun. Lebih baik menahan produksi sambil menunggu harga minyak naik,” katanya.

Tahun ini PHE ONWJ tidak ada pemboran sumur minyak baru karena proyek yang tidak ekonomis dengan harga minyak yang rendah. Untuk menahan decline produksi, menurut Irwansyah, PHE ONWJ merencanakan pekerjaan workover 11 (sebelas) sumur, dan 220 (dua ratus dua puluh) pekerjaan well service. “Tiga sumur yang akan dibor tahun ini adalah LESA-5, YA-4, KLB-18. Sedangkan gas diproduksikan dari lapangan APN, KL, GG, Echo, Bravo, Lima, Uniform,” ujarnya.

Pasokan gas dari PHE ONWJ dialirkan ke beberapa konsumen, yaitu  ke PT PLN (Persero) sebanyak 90 MMSCFD, PT Pupuk  Kujang, Cikampek Karawang sebesar 50 MMSCFD, dan Pertamina Refinery Unit VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat sebanyak 20 MMSCFD. Terkait harga minyak  yang terus turun dan menembus di bawah US$ 30 per barel, Irwan mengatakan, perseroan berupaya menekan cost dengan melaksanakan efisiensi di semua sektor. Upaya yang telah dan akan terus dilakukan oleh perseroan adalah dengan optimalisasi jumlah peralatan yang disewa/digunakan, negosiasi ulang kontrak dan kontrak pengadaan material/jasa yang sedang berjalan. “Misalnya, optimalisasi jumlah kapal yang digunakan, negosiasi tarif sewa alat pengeboran (rig), negosiasi tarif sewa kapal, barge, dll,” katanya.

Komaidi mendukung langkah Pertamina untuk melakukan efisiensi. Dalam kondisi saat ini, efisiensi  menjadi kunci bagi perusahaan migas untuk tetap bertahan.(RA/EA)