JAKARTA – PT Pertamina (Persero) sebagai perusahaan minyak dan gas (migas) nasional  yang bertekad menjadi perusahaan berkelas global harus memiliki strategi pembiayaan yang ideal untuk mendukung bisnis hilirnya.  Perusahaan migas perlu mengembangkan sistem pembayaran yang transparan pada semua portofolio.

“Perusahaan dapat diuntungkan berkat transparansi pembiayaan di berbagai portofolio aset dan memberikan insentif yang memotivasi operator untuk menurunkan harga. Beberapa perusahaan migas yang terus berusaha mengoptimalkan biaya, namun tidak banyak perusahaan yang dapat melakukan biaya secara konsisten untuk seluruh aset dan portofolio mereka,” tutur Managing Director PT Mandiri Sekuritas Imam Rahman dalam Pertamina Energy Forum 2015, di Jakarta, Rabu.

Dia menuturkan perusahaan migas harus dapat meningkatkan pembagian aset logistik dan alokasi kapasitas sumber daya untuk seluruh operator. Dengan demikian, pendapatan yang lebih besar dapat tercapai. “Pertamina perlu merancang ulang bentuk kerjasama dengan pemasok utama. Berdasarkan pengalaman krisis di tahun-tahun sebelumnya, sebagian besar supplier harus menurunkan harga,” kata Imam.

Perusahaan migas, katanya, harus mengambil langkah yang tepat agar mampu meraih keuntungan yang lebih baik. Langkah pertama adalah dengan mengidentifikasi setiap supplier di tiap kategori utama. Perjanjian jangka panjang dengan supplier harus dinegosiasikan ulang. “Perjanjian yang telah direvisi harus mencakup pembagian risiko, inovasi dan investasi, serta target kerja dan inisiatif gabungan. Dengan menjalankan strategi ini, perusahaan dan supplier dapat meningkatkan ketahanan bisnis serta keuntungan jangka panjang,” bebernya.

Sementara itu, Pertamina menyatakan mencatat telah menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$10 miliar pada 2019. Belanja modal tersebut akan dialokasikan untuk pembiayaan beberapa proyek milik perseroan. “Proyek untuk apa saja sudah ada. Memang tidak bisa kita buka semua,” kata Direktur Keuangan Pertamina Arif Budiman, Rabu.

Dia menjelaskan capex tersebut berasal dari berbagai sumber pendanaan baik dari kas internal maupun dari luar seperti global bond. Sedangkan untuk besaran alokasi pembiayaan, Arif menegaskan akan disesuaikan dengan jenis proyek yang dilaksanakan.(LH)