JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melakukan strategi baru dalam rangka meningkatkan kualitas penjualan bahan bakar khusus (BBK) untuk varian pertamax series. Salah satunya dengan mengggandeng Grab Indonesia, salah satu perusahaan penyedia jasa transportasi berbasis online.

Nurhadia, Retail Fuel Marketing Manager Pertamina MOR III, mengungkapkan kerja sama dengan Grab diharapkan bisa meningkatkan penjualan  varian pertamax series karena berbagai kelebihan secara langsung dapat didapatkan masyarakat dengan pemakaian BBM yang memiliki oktan tinggi atau diatas 90.

“Mereka (pengemudi Grab) yang tadinya menggunakan BBM subsidi diharapkan dapat beralih ke pertamax series. Pertamax Series kan perawatan kendaraannya lebih bagus dan bisa lebih irit,” kata Nurhadia dalam peresmian kerja sama dengan Grab Indonesia di Jakarta, Selasa (21/2).

Lebih lanjut dia mengakui bahwa program yang dijalankan selama tiga bulan ini merupakan bagian dari strategi yang coba dikembangkan oleh direktorat pemasaran bersama dengan anak usaha Pertamina, yakni PT Pertamina Retail dalam meningkatkan penjualan BBK sekaligus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam penggunaan BBM.

Nantinya para pengemudi Grab Indonesia akan mendapatkan berbagai promo khusus saat melakukan pembelian bahan bakar pertamax series maupun produk Pertamina lainnya seperti pelumas.

“Kita meningkatkan BBM non subsidi, strategi ini kan mengalihkan BBM subsidi ke BBM non subsidi yang kualitasnya lebih baik,” tukasnya.

Data Pertamina mengungkapkan penjualan pertamax memang diproyeksikan akan meningkat. Pada tahun ini penjualan pertamax ditargetkan menjadi 62,89 juta kiloliter (KL). Pada 2016, volume penjualan tumbuh sekitar dua persen dari 58,03 juta KL menjadi 60,19 juta KL. Pada tahun lalu, konsumsi pertamax sudah mengambil alih 20 persen konsumsi bahan bakar secara nasional.

Ridzki Kramadibrata, Managing Director Grab Indonesia, belum bisa memastikan peralihan penggunaan bahan bakar yang akan terjadi, namun dari pertumbuhan jumlah driver yang ada Grab meyakini potensi peralihan tersebut sangat besar. Apalagi untuk tahun lalu saja pertumbuhan pengemudi Grab Indonesia mencapai 600 persen dan diperkirakan pertumbuhan akan kembali terjadi pada tahun ini.

“Sekarang 30 persen dari pengemudi kita itu menggunakan BBM non subsidi. Karena mungkin concern quality dan masalah cost saving jangka panjang. Saya harap angkanya bertambah atas adanya program ini,” tandas Ridzki.(RI)