JAKARTA – PT Pertamina (Persero) saat ini masih melakukan finalisasi front end engineering desain (FEED) proyek pembangunan pipa BBM di Pulau Jawa 2016-2019 sepanjang 956 kilometer. Pada tahap awal, Pertamina akan membangun pipa sepanjang 401 km, yakni Lomanis-Rewulusepanjang 180 km, Lomanis-Tasikmalaya 128 km, dan Cikampek-Plumpang II sepanjang 93 km.

“Mudah-mudahan akhir tahun ini konstruksi sudah bisa dimulai karena harus proses lelang dulu dan menyeduaikan dengan phasing out anggaran investasi 2016 yang disetujui,” ujar Sofyan Yusuf, VP Teknik Pemasaran Direktorat Pemasaran Pertamina.

 

Menurut Sofyan, nilai investasi dari pembangunan pipa BBM pada tiga jalur tersebut masih dalam perhitungan. Nantinya, lahan untuk jalur pipa akan menggunakan lahan eksisting Cirebon-Bandung dan Cilacap-Yogyakarta. Serta memanfaatkan lahan disisi jalur kereta api. Nantinya, pipa yang dibangun akan mengalirkan BBM jenis premium, diesel, pertalite dan pertamax.

“Jalur pipa nantinya multipurporse. Kita juga akan memprioritaskan local content sepanjang material tersedia di dalam negeri harganya cukup kompetitif,” katanya.

 

Pertamina berencana menambah jaringan pipa untuk menyalurkan BBM saat ini yang sepanjang 1.283 kilometer. Total kebutuhan pengembangan pipa di seluruh Jawa mencapai 2.239 kilometer.

Selain untuk mendukung pipa yang sudah ada, penambahan jaringan pipa ini untuk mengantisipasi risiko pendistribusian BBM ke pelosok daerah. Risiko menggunakan truk untuk mendistribusikan BBM lebih besar karena masalah kemacetan di jalan raya dan potensi bahaya kebakaran.Untuk membiayai pembangunan pipa tersebut, Pertamina menaksir kebutuhan dananya sebesar US$ 400 juta. Jumlah tersebut sudah termasuk biaya pembebasan lahan di sekitar jalur pipa.

 

Penambahan jaringan pipa itu merupakan bagian dari rencana jangka panjang Pertamina untuk meningkatkan cadangan BBM nasional. Apalagi, hingga saat ini Indonesia belum memiliki cadangan penyangga energi nasional. Hanya ada cadangan operasional Pertamina selama 22 hari untuk BBM dan 12 hari untuk LPG. Tanpa cadangan penyangga, ketahanan energi Indonesia bisa terancam.

Setyorini Tri Hutami, Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan pemerintah akan memberikan dukungan ke Pertamina dengan memfasilitasi ke pemerintah daerah dalam pembebasan lahan.

 

“Anggaran pembangunan fasilitas tersebut juga tidak dibebankan ke APBN, setahu saya Pertamina punya alokasi atau program khusus itu,” katanya.

 

Komaidi Notonegoro, pengamat energi dari Reforminer Institute, mengatakan rencana pembangunan pipa BBM oleh Pertamina sangat bagus bagi ketahanan energi dan perekonomian nasional. Dampak utama terbesarnya bagi masyarakat disekitar area poyek tentu adalah penciptaan lapangan kerja pada saat proses pipanisasi tersebut. “Selain penyerapan tenaga kerja langsung, tentu juga akan membuka lapangan kerja baru lainnya. Yang simple saja sebagai penunjang misal seperti industri makanan. Ada warung makan atau restoran di daerah proyek,” katanya.

 

Pembangunan pipa BBM, lanjut Komaidi, dari sisi biaya dan waktu distribusi juga akan lebih baik. Apalagi dengan kebijakan TKDN dan besarnya investasi untuk pembangunan pipa akan memberikan dampak signifikan bagi perekonomian. “Pembangunan pipa BBM akan meningkatkan efisiensi Pertamina, khususnya dalam distribusi BBM, jika dibandingkan menggunakan truk-truk tangki BBM. Sehingga semakin cepat proyek tersebut direalisasikan akan lebih baik buat Pertamina,” tandasnya.(EA/RA)