JAKARTA – Setelah menemukan potensi cadangan minyak dan gas baru di Kalimantan Utara atau perbatasan Indonesia-Malaysia, PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Pertamina EP juga menemukan potensi cadangan migas baru dalam jumlah besar di wilayah timur Indonesia. Potensi temuan cadangan itu berlokasi di sekitar struktur wilayah Bintuni.

Nanang Abdul Manaf, Pelaksana Tugas Direktur Utama Pertamina EP tidak menampik adanya penemuan cadangan tersebut, namun belum dapat memastikan jumlahnya karena masih dilakukan kegiatan seismik.

“Kita baru seismik di Bintuni, wilayah Kumpalanda. Dari hasil seismik kita melihat dan mengindentifikasi ada prospek yang bisa ditindaklanjuti dengan pengeboran eksplorasi,” kata Nanang kepada Dunia Energi.

Menurut Nanang, adanya penemuan potensi cadangan dalam jumlah besar di Bintuni karena wilayah tersebut berdekatan dengan wilayah yang sebelumnya sudah terbukti memiliki jumlah cadangan migas besar dan telah dikelola terlebih dulu oleh perusahaan migas dunia, seperti BP yang mengelola Blok Tangguh dan Genting Oil, pengelola Blok Kasuri.

Dia menambahkan tidak tertutup kemungkinan jumlah cadangan akan lebih besar atau mendekati jumlah cadangan di Tangguh yang memiliki lebih dari 17 triliun cubic feet (TCF) cadangan gas alam terbukti, dengan taksiran cadangan potensial mencapai lebih dari 28 TCF.

Potensi yang ditemukan tim eksplorasi Pertamina EP adalah gas dan karakteristik cadangan gas tersimpan biasanya terletak berdekatan dengan lokasi-lokasi yang sudah memiliki cadangan terbukti.

“Mudah-mudahan karena sudah beberapa terbukti, bahkan sudah menjadi LNG di Tangguh, kita harapkan dapat mengikuti success story-nya kawan-kawan KKKS lain,” ungkap Nanang.

Dia mengatakan Pertamina EP akan langsung menindaklanjuti temuan tersebut dengan melakukan pengeboran eksplorasi yang dijadwalkan bisa dilakukan pada 2018. Proses eksplorasi diperkirakan akan berlangsung dalam waktu lama, karena selain daerah remote kondisi wilayah yang merupakan struktur rawa juga turut mempengaruhi proses eksplorasi nantinya.

“Kita akan mereview secara teknikal bagus, layak atau tidak. Mungkin baru masuk pada 2018, beberapa pengeborannya,” kata Nanang.

Menurut Nanang, tidak tertutup kemungkinan bisa dilakukan percepatan proses eksplorasi dan eksploitasi jika memang terbukti cadangan jumlah sangat besar dan memiliki nilai keekonomian tinggi.
“Tangguh sendiri kan mungkin butuh 15-20 tahun, tergantung nanti ketemunya juga seperti apa. Kalau besar sekali, mungkin bisa lebih cepat,” tandas Nanang.(RI)