Kilang pertamina

Kilang minyak Pertamina di Balongan.

JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mendapatkan grant (bantuan) dari Pemerintah Amerika Serikat (AS)  melalui US Trade & Development Agencey (USTDA) senilai USD 1 juta, untuk pelaksanaan bankable feasibility study (studi kelayakan pembiayaan) beberapa proyek di sektor hilir minyak dan gas bumi (migas) termasuk untuk pembangunan kilang.

Adanya bantuan dari Pemerintah AS itu, diungkapkan Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan di Jakarta, Kamis, 29 Agustus 2013. Menurutnya, Pertamina saat ini sedang menyusun bankable feasibility study untuk sejumlah proyek hilir, diantaranya Refinery Development Master Plan (RDMP).

Untuk penyusunan RDMP itu, kata Karen, Pertamina melibatkan UOP LLC yang merupakan licensor utama untuk kilang-kilang existing (yang sudah beroperasi, red). Dokumen master plan akan berfungsi sebagai blue print atau guide line untuk membawa Pertamina menjadi World Class Downstream Busines.

“Untuk melaksanakan bankable feasibility study tersebut, Pertamina mendapatkan grant senilai USD 1 juta dari USTDA, dan sebagian lainnya akan didanai oleh perusahaan,” jelas Karen.

Berdasarkan rencana pembangunan kilang Pertamina, total produksi bahan bakar minyak (BBM) dari kilang nasional pada 2018 diharapkan mencapai 66,7 juta Kiloliter (KL) atau naik dari posisi saat ini 40,6 juta KL. Penambahan produksi tersebut akan berasal baik dari proyek bottom upgrading maupun dari pembangunan kilang baru.

Karen menjelaskan, dengan pertumbuhan konsumsi energi Indonesia dan potensi pasar produk petrokimia yang sangat tinggi, Pertamina melihat bahwa proyek-proyek infrastruktur energi sudah sangat mendesak untuk dilaksanakan.

Proyek-proyek yang mendesak itu diantaranya pembangunan centralized crude terminal, bottom upgrading terhadap lima kilang utama Pertamina, baik untuk peningkatan kapasitas produksi, peningkatan efisiensi energi, dan beberapa inisiatif strategis terkait bisnis hilir Pertamina yang lain.

“Pertamina perlu menyusun konsep bisnis dan studi engineering yang solid untuk dapat diimplementasikan secara terintegrasi dengan infrastruktur kilang yang sudah ada,” jelas Karen.

(Abdul Hamid / duniaenergi@yahoo.co.id)