JAKARTA – PT Pertamina (Persero) bekerjasama dengan Toyota Motor Corporation berencana melakukan studi bersama untuk meneliti serta mengembangkan energi alternatif ramah lingkungan berupa biofuel, Compressed Natural Gas (CNG), dan bahan bakar minyak (BBM) berstandar Euro 4.

Nota kesepahaman kerjasama itu telah ditandatangani pada Jumat, 15 Februari 2013 di Jakarta. Pertamina diwakili Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko, M Afdal Bahaudin, sedangkan Toyota diwakili Managing Officer Toyota Motor Corporation Japan, Soichiro Okudaira.

Fokus studi bersama ini adalah penelitian dan pengembangan biofuel, CNG dan BBM dengan standar Euro 4 untuk sektor transportasi darat. Studi bersama akan dilaksanakan dalam jangka waktu dua tahun sejak disepakatinya nota kesepahaman.

“Studi bersama antara Pertamina dan Toyota ini, merupakan langkah awal dari tekad kedua perusahaan untuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia, memanfaatkan energi alternatif yang ramah lingkungan di Tanah Air, khususnya untuk sektor transportasi yang saat ini masih sangat bergantung pada BBM konvensional,” kata Afdal Bahaudin.

Soichiro Okudaira menuturkan, melalui kerjasama ini Toyota berharap dapat membantu Pertamina  mewujudkan berbagai inisiatif, yang akan diimplementasikan untuk mengembangkan dan memanfaatkan secara optimal, sumber daya energi alternatif yang ramah lingkungan di Indonesia.

“Hal ini sejalan dengan upaya Toyota mencapai visi melalui beragam aspek, diantaranya dengan menghargai planet melalui pengembangan teknologi-teknologi baru,” kata  Soichiro.

Potensi Beragam

Afdal pun mengatakan, Indonesia memiliki sumber daya energi potensial yang beragam, baik fosil maupun non fosil dengan tingkat konsumsi sekitar 0,9 TOE (ton oil equivalent) per kapita. Saat ini, sekitar 94% energi Indonesia menggunakan energi fosil yang terdiri dari 47% minyak, 21% gas alam, 26% batubara, dan sisanya merupakan energi baru terbarukan.

Dalam Rancangan Kebijakan Energi Nasional, pemerintah memproyeksikan konsumsi energi nasional akan meningkat menjadi 1,7 TOE per kapita, dengan porsi bauran energi masing-masing adalah minyak 23,7%, batubara 30,7%, dan gas alam 19,7%. Pemerintah sendiri menargetkan penggunaan energi baru terbarukan akan meningkat signifikan menjadi 25,9%.

Maka dari itu, ujar Afdal, sesuai dengan visi barunya sebagai perusahaan energi kelas dunia, Pertamina secara bertahap telah mulai memberdayakan sumber energi ramah lingkungan. Diantaranya dengan meningkatkan investasi panas bumi, investasi baru untuk pabrik solar cell, dan pendirian pembangkit listrik berbahan baku sampah kota.

Untuk sektor transportasi, lanjut Afdal, Pertamina memiliki beberapa inisiatif untuk pengembangan energi dan infrastruktur energi alternatif. Antara lain pengembangan biofuel 1,5 G hingga 2G secara bertahap hingga 2019, pemanfaatan CNG melalui peluncuran produk Envogas, dan pembangunan infrastruktur CNG, terutama di Jabodetabek (Jakarta – Bogor – Depok – Tangerang – Bekasi).

“Pertamina juga mengembangkan proyek-proyek kilang, dengan tingkat konfigurasi yang memungkinkan dihasilkannya produk BBM berlevel Euro4,” tambahnya.

(Abdul Hamid / duniaenergi@yahoo.co.id)