JAKARTA – PT Pertamina (Persero) berpotensi menghasilkan tambahan pendapatan hingga US$1,33 miliar pada 2016 dari pengolahan minyak yang dilakukan Direktorat Pengolahan. Proyeksi pendapatan bisnis pengolahan tahun ini meningkat dibanding pencapaian pada 2015 dan memberikan kontribusi hampir 50% dari keuntungan perseroan.

 

“Pada 2015 hanya US$ 956 juta atau sekitar 34% dari seluruh keuntungan Pertamina. Namun pada tahun ini dari pengolahan optimistis bisa menyumbang 49%. Ini bisa dilihat dari realisasi kuartal I yang sudah meraih US$445 juta,” kata Rachmad Hardadi, Direktur Pengolahan Pertamina di Jakarta, Selasa (28/6).

Pencapaian hingga kuartal I 2016 ini jauh melebihi apa yang didapatkan dari pengolahan pada 2014 yang hanya mencapai US$ 326 juta. Salah satu pendorongbadalah mulai beroperasinya RFCC Cilacap serta TPPI Tuban.

Rachmad meyakini pendapatan akan terus meningkat seiring dengan selesainya beberapa proyek pembangunan kilang yang saat ini tengah dikejar Pertamina, seperti Kilang Cilacap, Tuban, Balikpapan, dan Balongan. Selain dapat meningkatkan kapasitas kilang nasional juga ditargetkan sudah tidak akan impor bahan bakar minyak (BBM) pada 2023.

“Target kita dengan selesainya beberapa proyek kilang kapasitas kilang akan meingkat menjadi  2 juta bph,” tukas Rachmad.

Saat ini untuk pembangunan kilang Tuban, Pertamina yang bekerja sama dengan Rosneft dari Rusia sudah memasuki tahap finalisasi yang ditargetkan akan rampung pada akhir 2016. Sementara kilang Cilacap penandatanganan kesepakatan pembentukan perusahaan joint venture dengan Saudi Aramco akan dilakukan pada Desember 2016.(RI)