JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mencatat sebanyak 50 perusahaan berminat ikut menggarap proyek Grass Root Refinery (GRR) Bontang. Pertamina saat ini tengah mencari mitra untuk menggarap kilang berkapasitas 300 ribu barel per hari (bph) di Kalimantan Timur tersebut.

“Partner yang dipilih nanti mungkin bukan cuma satu tapi bisa dari konsorsium, termasuk kesempatan untuk investor dalam negeri. Berbeda dengan Tuban yang harus punya pengalaman internasional, ini akan lebih banyak kesempatan investor dalam negeri,” kata Rachmad Hardadi, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina di Jakarta, Jumat (24/2).

Menurut Rachmad, opsi berpartner dengan konsorsium untuk pembangunan kilang Bontang mengacu pada pengalaman pembangunan kilang Tuban dan Balikpapan. Pertamina juga harus mempersiapkan ketersediaan minyak mentah dan jenisnya, serapan pasar serta hasil produksi nantinya.

Pertamina, lanjut dia, dalam operasional produksi bahan bakar minyak (BBM) seringkali merubah jenis gasoline ataupun diesel series serta jumlahnya setiap bulan berbeda-beda tergantung serapan pasar.

“Maka pemilihan jenis crude, berapa besar kapan harus didatangkan ini titik optimasi yang krusial,” tukas Rachmad.

Rachmad mengatakan Pertamina menargetkan untuk memperoleh mitra strategis tersebut pada 28 April 2017. Setelah terpilih, Pertamina bersama mitra strategis akan memulai proses Bankable Feasibility Study (BFS) yang ditargetkan selesai pada awal 2018 sekaligus menuntaskan pembentukan konsorsium dan akan ditetapkan Preliminary-Investment Decision 1 yang menggambarkan perkiraan awal investasi proyek GRR Bontang.

GRR Bontang diharapkan bisa mendukung Nawacita Presiden RI Joko Widodo untuk meningkatkan kemandirian energi dengan  mengurangi impor BBM. Pada tahap awal, Pertamina akan masuk dengan minimal kepemilikan sekitar 5 persen hingga 25 perseb dan selanjutnya mempunyai hak atau pilihan untuk meningkatkan kepemilikan dalam periode yang akan disepakati kemudian.

Rachmad menjelaskan Pertamina belum menentukan produk apa saja yang akan dihasilkan oleh kilang Bontang. Namun dia memastikan tidak hanya satu produk yang dihasilkan seperti LPG, gasoline, diesel dan avtur.

Untuk produk gasoline seluruhnya akam ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, kelebihan produksi nantinya kemungkinan besar akan diekspor untuk hasil produk kilang berupa diesel atau avtur. Pertamina juga sudah memetakan potensial pasar luar negeri yang akan menyerap.

“Di atas kertas excess akan diesel dan avtur. Filipina sangat suffer diesel dan avtur dan ini akan jadi sangat potensial,” tandas Rachmad.(RI)