JAKARTA – PT Pertamina (Persero) akan mengubah strategi untuk menciptakan value creation lebih besar. Penjualan bahan bakar minyak (BBM) tetap menjadi bisnis utama karena bagian dari tugas pemerintah, namun peningkatan variasi produksi migas akan menjadi fokus ke depan.

“Salah satu new roadmap yang akan kami launching, gas dan petrochemical produk turunan yang menghasilkan value creation besar,” kata Elia Massa Manik, Direktur Utama Pertamina pada pembukaan Annual Pertamina Quality (APQ) Award 2018 di Jakarta, Senin (12/3).

Massa mengatakan Pertamina harus keluar dari zona nyaman dengan melakukan inovasi melalui penerapan teknologi. Serta tidak lagi terpaku dengan bisnis komoditas.

“Harus keluar dari commodity track. Itu harus ada di setiap insan Pertamina. caranya dengan teknologi,” kata dia.

Posisi Pertamina saat ini sudah jauh tertinggal dibandingkan dengan  perusahaan-perusahaan lain yang memiliki model bisnis serupa. Untuk mengejar ketertinggalan tersebut inovasi menjadi harga mati.

“Saya sampaikan tahun depan inovasi yang arahnya petrochemical mulai jadi topik pembicaraan. Yang kami punya sekarang terlalu kecil,” tegas Massa.

Gigih Prakoso, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina, mengatakan sejauh ini investasi di sektor petrochemical Pertamina terbilang sangat kecil, bahkan dibilang tidak ada. Untuk itu dalam dua tahun terakhir perusahaan mulai berbenah.

Revitalisasi kilang melalui Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, Cilacap, Balongan dan Dumai serta proyek pembangunan  kilang baru seperti, Tuban dan Bontang merupakan upaya Pertamina untuk menggarap sektor petrokimia .

“Selama ini kecil, bahkan hampir tidak ada investasinya (petrochemical). Untuk itu, ke depan porsi investasi kami tambah” tandas Gigih.(RI)