JAKARTA- Menjawab kebutuhan masyarakat sekitar, PT Pertamina Gas (Pertagas) mengembangkan rumah and stunting yang merupakan bagian dari program pemerintah mengatasi masalah kekurangan gizi pada anak. Dengan mendapat dukungan penuh dari Bappenas dan Persatuan Wanita Patra (PWP), Pertagas akan mengintegrasikan program-program unggulan corporate social responsibility (CSR) yang sudah lebih dulu dilakukan dengan program rumah and stunting.

“Rumah and stunting adalah penggabungan program CSR yang sudah kami lakukan, tinggal  diintegrasikan. Pertagas adalah perusahaan migas (minyak dan gas) pertama yang mengembangkan rumah and stunting,” kata Hatim Ilwan, Manajer PR dan CSR Pertagas pada Diskusi Energi and Mining Editor Society (E2S) bertema Outlook Industri dan Gas 2018 di Bogor, Jawa Barat,  Jumat (2/2).

Menurut Hatim, rumah and stunting Pertagas akan dikembangkan lebih dulu di salah satu kecamatan di Cilamaya Wetan, Karawang, Jawa Barat. Area Cilamaya adalah salah satu aset milik Pertagas yang  masuk menjadi kandidat perolehan PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Area lainnya yang PROPER Emas adalah Sidoarjo, Jawa Timur.

Pertagas sebelumnya telah mengembangkan fasilitas listrik kompresor gas di Cilamaya sejak  1974. Di Cilamaya, Pertagas menggandeng masyarakat sekitar jalur pipa (Masjapi) untuk ikut berpartisipasi mengembangkan fasilitas tersebut. “Orang-orang inilah (Masjapi) yang bisa kami rangkul,” tukas Hatim.

Pertagas mengoptimalkan lahan di atas jalur pipa gas di area Cilamaya dengan menanam tanaman rumput yang bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak domba. Sekitar 36 peternak dengan 10 kandang domba telah mendapat binaan dari Pertagas.

Program lainnya yang menjadi fokus adalah pengembangan pesantren yang kemudian menjadi learning center berbasis integrated farming (LECI
TEGAR). Pendapatan pesantren Rp 33 juta atau setara 40% total kebutuhan operasional. Pertagas  juga bermitra dengan Masjapi untuk pengembangan Bank Sampah Bina Mandiri. Program- program tersebut akan diintegrasikan dengan rumah stunting yang saat ini masih tahap perencanan.

Di Jawa Timur, Pertagas bermitra dengan masyarakat sekitar untuk mengembangkan pogram desa rumput laut di Desa Kupang, Dusun Tanjung Sari, Kecamatan Jabon. Budidaya rumput laut tersebut menggunakan urea.

Di area ini, pertumbuhan ganggang cukup subur sedangkan rumput laut terhambat. Sehingga, dilakukan penyuluhan penggunaan ikan bandeng sebagai predator alami ganggang dan penggunaan molase/tetes tebu. Telah terbentuk kelompok petani tambak “Samudera Hijau” (2013) dan kelompok usaha”Samudera Hijau Putri” (2017).

Pertagas meningkatkan kapasitas petani untuk memenuhi kebutuhan rumput laut berstandar ekspor. Sebanyak 250 ton dipasok ke perusahaan ekspor , dan 150 ton dipasok ke pabrik lokal. Tujuh produk olahan rumput laut yang dihasilkan antara lain permen, dodol, stik, kerupuk, mie, dan selai.

Di Porong, Sidoarjo, juga dikembangkan Kampung Asap yang terdiri dari 45 rumah produksi dilengkapi cerobong asap. Saat ini sudah terbentuk empat jaringan pemasaran, sebelumnya hanya satu pasar lokal di Porong yang kemudian berkembang ke beberapa wilayah desa.

Selain itu telah terbentuk kelompok usaha ikan asap “Kaca Piring”. Sebanyak 90% penduduk di Desa ini melakukan aktivitas pengasapan ikan. Selama 2015-2017 telah tercipta peningkatan pendapatan dari RP 1,5 juta-2 juta menjadi Rp 3-4 juta.

“Adanya local hero yang juga berhasil mereplikasi metode pengasapan ke kelompok usaha baru,” kata Hatim.

Pada 2017 kegiatan CSR Pertagas telah menyerap dana sebesar Rp 7,95 niliar. Untuk 2018, Pertagas mengalokasikan anggaran CSR sebesar Rp 12, 8 miliar.

“Hingga 2017 seluruh biaya CSR Pertagas menggunakan anggaran CSR Pertamina. Demi mencapai PROPER Emas diharapkan Pertagas juga mengalokasikan dana CSR dari ABO ,” kata Hatim. (RA)