Pabrik feronikel Antam di Pomalaa.

JAKARTA – Meski sedang melanjutkan proyek perluasan pabrik di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, namun PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam tidak berencana menurunkan target produksi feronikel di 2013.

Corporate Secretary Antam, Tedy Badrujaman mengungkapkan, Proyek Perluasan Pabrik Feronikel Pomalaa (P3FP) yang dilanjutkan tahun ini, sebelumnya dikenal dengan nama proyek modernisasi dan optimasi pabrik feronikel Pomalaa (MOPPP).

Proyek itu bertujuan meningkatkan efisiensi Pabrik Feronikel (FeNi) I, dan terdiri dari delapan paket pekerjaan. Paket I: Jetty dan Facilities, Paket II: Belt Conveyors, Paket III: FeNi Plant-1, Paket IV: Ladle Furnace, Paket V: Ore Preparation dan Calcination, Paket VI: Electric Smelting Furnace, Paket VII: Oxygen Plant, dan Paket VIII: pembangunan pembangkit listrik batubara.

Sebagai bagian dari proyek P3FP, kata Tedy, Furnace-1 yang berkapasitas 17 Megawatt (MW) akan dihentikan operasinya, digantikan dengan Furnace-4 yang berkapasitas 38 MW. Namun penghentian operasi Furnace-1 itu tidak berdampak signifikan terhadap produksi feronikel secara keseluruhan.

“Sehingga Antam menargetkan capaian produksi di tahun 2013 sebesar 18.000 TNi, dengan target volume penjualan juga sebesar 18.000 TNi,” kata Tedy di Jakarta akhir pekan lalu. Target produksi feronikel Antam ini tidak berubah sejak 2012.

Meski demikian, tambah Tedy, volume produksi feronikel Antam di 2012 mampu melebihi target, yakni mencapai 18.372 TNi. Capaian ini berhasil diraih Antam meski pada 2012 dilakukan modernisasi pabrik FeNi II selama 4 bulan.

Di Kuartal IV-2012 saja, volume produksi feronikel Antam mampu mencapai 5.085 TNi, dengan volume penjualan 6.389 TNi. “Dengan masih kuatnya permintaan, volume penjualan feronikel di 2012 mencapai 19.530 TNi, melebihi target tahun 2011 sebesar 19.500 TNi,” ungkap Tedy lagi.

Dari penjualan feronikel di 2012, sambungnya, Antam berhasil meraup pendapatan (tidak diaudit) sebesar Rp3,14 triliun, dengan harga nikel rata-rata di tahun itu sebesar USD 7,73 per pon.

(Abraham Lagaligo/abrahamlagaligo@gmail.com)