JAKARTA – Perluasan mandatory B20 atau campuran Biosolar dengan FAME 20% mulai memberikan dampak. Dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS) akhirnya neraca perdagangan September mencetak surplus.

Nilai impor pada September 2018 sebesar US$14,6 miliar yang turun 13,18% dibanding nilai impor pada Agustus. Salah satu penurunan impor ditopang dari penurunan impor migas September yang mencapai US$2,28 miliar atau turun 25,2% dibanding Agustus 2018.

Impor non migas mencapai US$12,32 miliar atau turun 10,52% dibanding Agustus 2018.

Kondisi ini tentu menyebabkan neraca perdagangan surplus sebesar US$230 juta dibanding Agustus yang defisit hingga US$1,02 miliar. Ini disebabkan karena ekspor pada September 2018 hanya mencapai US$ 14,83 miliar.

Djoko Siswanto, Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan potensi pengurangan penggunaan impor BBM ada dengan perluasan mandatory B20. Selain itu, pasokan minyak masih berasal dari stok minyak yang ada jadi tidak perlu tambahan impor.

“Kan sudah perluasan B20, itu bisa juga kurangi impor kan,” kata Djoko di Kementerian ESDM, Srnin (15/10).

Dalam data PT Pertamina (Persero) pada September lalu sudah melakukan pre order (memesan) pasokan FAME dengan total volume sebanyak 431.681 Kilo Liter (KL) dengan rencana penerimaan dari 1-25 September seharusnya sebesar 359.734 KL sementara realisasi penerimaan hingga kini baru mencaapai 224.607 KL.

Untuk tahun ini potensi penyaluran FAME dari Januari hingga Desember tahun 2018 adalah 3.279.356 KL dan pada tahun depan konsumsinya diperkirakan makin meningkat hingga menjadi 5.400.000 KL.

Jumali, Vice President Retail Fuel Marketing Pertamina, menyatakan saat ini kilang dalam negeri produksinya sedang bagus, belum lagi dengan pemberlakuan kewajiban B20, sehingga akan memberi dampak terhadap turunnya impor.

“September sudah diberlakukan kewajiban menggunakan B20 untuk Non PSO. Salah satu dampaknya adalah penurunan impor, karena sebagian BBM digantikan oleh B20/Fame,” kata Jumali.(RI)