JAKARTA – Distribusi Fatty Acid Methyl Ester (FAME) atau biodiesel ke lokasi blending dengan Solar menjadi kendala utama perluasan program biodiesel 20% (B20).

Rida Mulyana, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan dari sisi produksi FAME atau bahan biodiesel sudah mencukupi. Permasalahannya, pasokan untuk bisa dicampur dengan Solar.

Ada beberapa persoalan teknis yang akhirnya timbul saat pelaksanaan penyaluran yang sebelumnya belum diantisipasi dengan maksimal. Persoalan itu terutama timbul saat pengiriman FAME menggunakan kapal laut. Pasalnya, pasokan biodiesel selama ini didominasi dari wilayah Sumatera sebagai wilayah produsen FAME.

“Kami tidak telisik ketersediaan kapal. Ternyata tidak hanya kuantitas, tapi juga spesifikasinya. Mengangkut FAME itu tidak sembarang kapal ternyata,” kata Rida dalam konferensi pers di Gedung Ditjen EBTKE Jakarta, Jumat (26/10).

Rida mencontohkan, PT Pertamina (Persero) yang memiliki kapal pengangkut sendiri saja tidak sembarangan bisa menggunakan. Misalnya, kapal Pertamina sudah memiliki spesifikasi yang tepat bahkan sudah tersertifikasi, namun tidak bisa mengangkut FAME karena volume tidak sesuai dengan volume kapal. Selain itu, antrian di pelabuhan juga menjadi masalah lain. Berbeda dengan pangan dan BBM, biodiesel masih belum mendapatkan prioritas, sehingga tidak jarang pasokan menjadi terlambat.

Salah satu cara yang sedang disiapkan adalah dengan menyederhanakan alur distribusi FAME. Jika saat ini ada 86 titik yang menjadi tujuan distribusi FAME untuk kemudian dicampur dengan Solar, nantinya akan hanya ada 10 titik yang dijadikan tujuan distribusi FAME.

“Produsen biodiesel kebanyakan di Sumatera harus sebar ke seluruh nusantara. Untuk Pertamina saja yang tadinya 86 titik dikurangi jadi 10 titik. Artinya yang dikirimi FAME minta di Wayame di Maluku. Yang datang ke Wayame dua kapal, Solar murni dan FAME. Tapi nanti satu kapal, yang sudah diblending.

“Kilang terdekat untuk mencampur Solar dengan FAME misalnya di Balikpapan. Blending di situ. Biodiesel itu dari Sumatera ke Balikpapan, kalau produsen FAME di Balikpapan tidak cukup,” papar Rida.

Hingga Oktober 2018 sebanyak 2,53 juta kilo liter (KL) biodiesel sudah terserap dan dicampur dengan solar dari target tahun ini sebesar 3,92 juta KL

“Sampai Oktober 2018 terserap 2,53 juta KL kurang lebih 60 %,” tandas Rida.(RI)