JAKARTA – PT Pertamina (Persero) akan mengambil langkah-langkah yang dapat menjamin keuangan perseroan membiayai keberlangsungan kegiatan operasional jangka panjang, termasuk kegiatan korporasi seperti ekspansi dan proyek kilang.

“Ada tiga hal yang ditekankan dalam evaluasi seluruh aksi korporasi. Pertama kualitas, time atau waktu serta kompetitif,” kata Elia Massa Manik, Direktur Utama Pertamina di Jakarta.

Menurut Elia, salah satu implementasi dalam evaluasi bisa dilihat dalam revitalisasi kilang Balikpapan yang dikebut pengerjaan Front End Engineering Design (FEED) untuk segera dilakukan procurement atau pengadaan. Serta evaluasi engineering, procurement and contruction (EPC), dan menempatkan project controller yang ditugaskan secara khusus untuk memantau kemajuan pengerjaan proyek sehingga memastikan proyek berjalan sesuai dengan rencana.

“Jadi ada jaminan dari proses dan konstruksi, langkah-langkah ini yang kita evaluasi,” ungkap dia.

Selain itu kegiatan ekspansi Pertamina juga akan dievaluasi. Pertamina yang gencar mencari sumber minyak baru dari luar negeri seperti yang sudah terealisasi yakni Irak, Aljazair, Malaysia dan beberapa negara lainnya yang menjadi bagian dari Maurel&Prom yang baru diakuisisi. Serta rencana akuisisi ladang minyak di Iran dan Rusia.

Elia mengatakan kegiatan ekspansi yang dilakukan harus bisa efektif. Artinya, minyak yang didapatkan harus sesuai dengan kebutuhan Pertamina atau sesuai dengan fasilitas pengolahan, termasuk dengan mengevaluasi bentuk skema kerja sama nantinya.

“Kita perlu secure supply, Kita mau posisi ambil barang sifatnya long term, sudah disampaikan ke stakeholder,” kata dia.

Arif Budiman, Direktur Keuangan Pertamina, mengatakan rekonfigurasi waktu pengerjaan proyek dan skema bisnis menjadi poin utama dalam evaluasi perusahaan saat ini. Ini untuk menghindari aksi yang justru ujungnya nanti memberatkan perusahaan.

“Kita review lagi unit bisnis. Kita lakukan strategi world class Pertamina tidak bisa lagi melihat dari sisi nasional atau terpaku hanya di Indonesia saja,” ungkap Arif.

Kebutuhan dana yang besar dibutuhkan Pertamina untuk menjalankan program reguler perusahaan serta proyek kilang dan ekspansi.

Menurut Arif, Pertamina masih memiliki kemampuan finansial yang mumpuni untuk membiayai berbagai proyek sehingga tidak diperlukan melakukan pinjaman dari luar apalagi sampai menerbitkan surat utang (global bond). “Kalau kita kebanyakan menarik, saya bayarkan bunga negatif. Jadi memang kalau proyek besar memang praktisnya kebanyakan menggunakan project financing,” tandas Arif.(RI)