JAKARTA – Perbedaan asumsi perhitungan yang digunakan Inpex Corporation dengan pemerintah dinilai menjadi salah satu penyebab terus molornya pengembagan Masela. Untuk itu pemerintah meminta Inpex untuk melakukan perhitungan ulang dengan menggunakan asumsi yang sama dengan pemerintah.

“Masih ingin agar sama asumsinya. Kalau tidak sama, angkanya jadi tidak sama juga dan mereka sepakat akhirnya. Selama ini asumsi itu hanya dibuat sepihak,” kata Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman di Jakarta
Hingga kini tingkat pengembalian usaha (IRR) yang dinginkan Inpex berada dikisaran 15-16 persen sementara batas kewajaran IRR yang dikehendaki oleh pemerintah adalah 12 persen. “Kita run economic modelnya, baru keluar itu angka-angkanya dan itu modelnya sudah sama,” tukasnya.
Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan keputusan blok Masela saat ini sudah berada ditangan kontraktor. Pemerintah sudah memberikan penawaran insentif yang cukup fair yang seharusya bisa mengakomodir permintaah kontraktor. “Ya kita tinggal tunggu saja, sekarang bolanya ada di kontraktor,” kata dia.

Sementara itu, Pri Agung Rakhmanto pengamat migas dari Universitas Trisakti menyatakan alotnya proses negosiasi blok Masela seharusnya bisa dihindari apabila pemerintah bisa cukup tegas kepada kontraktor dengan tetap memperhatikan solusi yang bisa diterima kedua belah pihak. Apalagi tidak tertutup kemungkinan jika bahwa pihak kontraktor akan meminta beberapa perubahan lainnya saat kontrak berjalan.
“Investor yang pasti akan terus bargain dan meminta insentif leih karena menurutnmereka ini semacam ‘kompensasi’ yang harus didapat atas perubahan skema pengelolaan menjadi onshore,” tandasnya.(RI)