JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan pembangunan megaproyek kilang yang digarap PT Pertamina (Persero) akan tertunda.
Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM, mengatakan ada beberapa kendala yang telah dilaporkan Pertamina,  dan pemerintah akan membahas penyelesaian masalah tersebut.
“Kilang tetap jalan, tapi ada kendala-kendala. Ini yang sedang dievaluasi, tapi delay,” kata Arcandra di Kementerian ESDM, Jumat (13/10).
Menurut Arcandra, beberapa kendala yang dialami Pertamina di antaranya menyangkut masalah finansial  terkait dengan kemampuan keuangan perusahaan dan mekanisme perhitungan akuntansi internasional.
“Masalahnya, seperti Isac 8, covenant lalu ada cash flow,” tukas dia.
Selain itu, pembahasan proyek kilang juga melibatkan stakeholder lainnya, misalnya saja dalam persoalan penyediaan lahan sehingga Pertamina sudah menjalin diskusi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Arcandra mengatakan, Kementerian ESDM sudah membahas masalah ini dengan tim percepatan proyek strategis nasional terkait revisi perencanaan pembangunan kilang. Pasalnya, megaproyek kilang merupakan program raksasa yang membutuhkan strategi tepat dalam implementasinya.
“Ini bukan masalah setuju dan tidak setuju (penundaan), strategi bisnis, termasuk mungkin kalau ada aset yang imbreng,” kata dia.
Saat ini kapasitas kilang yang dimiliki Pertamina hanya sekitar 800 ribu barel per hari, sementara kebutuhannya sekitar 1,6 juta barel.
Saat ini Pertamina tengah mengerjakan dua pembangunan kilang baru, yakni kilang Tuban yang menggandeng Rosneft, perusahaan minyak asal Rusia. Serta Kilang Bontang yang saat ini sedang dilakukan tahap seleksi pemilihan partner.
Selain itu, ada empat kilang existing yang akan direvitalisasi,  yakni kilang Cilacap yang dikerjakan bersama dengan Saudi Aramco, kilang Balikpapan yang dikerjakan sendiri dan sudsh mulai tahap konstruksi, bersama dengan kilang Balongan. Serta terakhir revitalisasi kilang Dumai.(RI)