JAKARTA – PT Pertamina EP, anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang merupakan kontraktor kontrak kerja sama (KKS) di bawah SKK Migas melalui Pertamina EP Asset 2 akansegera mengoperasikan fasilitas produksi Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Paku Gajah dan SPG Kuang. Pengoperasian SPG Paku Gajah dan Kuang merupakan bagian dari Proyek Pengembangan Paku Gajah atau Paku Gajah Development Project (PGDP) di Muara Enim dan Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

Nanang Abdul Manaf, Direktur Utama Pertamina EP, mengatakan Proyek Paku Gajah merupakan proyek pengembangan lapangan gas di sekitar area Pagardewa, Kuang dan Gajah yang berada di Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi Sumatera Selatan.

“Status saat ini PGDP serahterima fasilitas produksi SPG Pakugajah berkapasitas 45 MMSCFD dan SPG Kuang dengan kapasitas 25 MMSCFD ke Pertamina EP Asset 2,” kata Nanang di Jakarta, Minggu (30/7).

Proyek Paku Gajah saat ini menggunakan fasilitas produksi, Early Production Facility (EPF) sewa lengkap, mulai dari memproduksi gas bumi dari sumur-sumur eksplorasi maupun sumur pengembangan yang telah dibor sejak 2010.

Beberapa pemboran sumur pengembangan dilakukan sejak 2010 melalui tahapan put on production (POP) dan pada 2013 dilanjutkan dengan pemboran pengembangan melalui tahap plan of development (POD) yang telah disetujui SKK Migas.

Selain SPG Paku Gajah dan Muang, proyek pengembangan Paku Gajah nantinya memiliki jalur pipa trucline 12 inci sepanjang 23 km dari SPG Paku Gajah ke CO2 removal eksisting SPG Merbau. Selanjutnya, gas yang dihasilkan dari SPG Paku Gajah dan SPG Kuang akan disalurkan ke konsumen PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk maupun konsumen gas lainnya di Sumatera Selatan.

Menurut Nanang, proyek pengembangan Paku Gajah dibentuk untuk mempercepat monetisasi aset sehingga mendapatkan potensi eksplorasi di Struktur Pagardewa, Karangdewa, Prabumenang, Tasim, Pemaat, Kuang Selatan, Lavatera, Piretrium dapat diproduksi secara ekonomis.

“Proyek ini merupakan integrasi dari fasilitas produksi yang telah ada, yaitu Metering Pagardewa, SPG Merbau, EPF Sewa, SP Kuang Eksisting dan SP PGN,” ungkap Abdul Manaf.

Sejak 2010, Paku Gajah memproduksi gas dan kondensat dengan menggunakan EPF Pagardewa. Saat itu produksi gas sebesar 15 juta kaki kubik per hari juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan 150 barel kondensat per hari. Seiring pengembangan yang dilakukan, produksi gas pada tahun lalu mencapai 44 MMSCFD dan kondesat sebesar 991 barel per hari.

Selain sebagai salah satu proyek yang diharapkan dapat meningkatkan produksi gas Pertamina, Proyek Pengembangan Paku Gajah juga telah mendapatkan penghargaan dalam ajang Pertamina Awards 2016 dalam kategori Strategic Initiatives: Proyek Prioritas Investasi.

Selain Paku Gajah, beberapa teknologi yang dikembangkan Pertamina EP antara lain Sistem Operasi Terpadu (SOT). SOT merupakan sistem untuk memastikan validitas angka operasi produksi melalui jaringan. Sedangkan teknologi lainnya Special Design Parameter Survey Seismik 2D Bunyu (CROCKER) dengan pengembangan teknologi dalam dunia akuisisi seismik 2D yang diterapkan di Area Bunyu. Pengembangan ini menghasilkan value creation, yaitu penambahan sumberdaya 2C migas baru dengan nilai hingga Rp 30 triliun serta pengakuan dari anak usaha hulu lainnya.

Teknologi Pertamina EP lainnya yang sudah diterapkan pada Matindok Gas Development Project (MGDP) adalah teknologi Bio Sulfur Recovery Unit (BSRU) yaitu teknologi untuk mengambil kandungan Sulfur dalam gas asam setelah gas asam dipisahkan dari gas jual (sales gas).(AT)