JAKARTA – Serapan gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) domestik pada tahun ini kembali tidak maksimal, sehingga sisa kargo LNG yang tidak terserap dilempar ke pasar spot di luar negeri.

Pri Agung Rakhmanto, Pengamat Migas dari Univeristas Trisakti, mengatakan tidak

maksimalnya serapan LNG merupakan buntut belum terbangunnya infrastruktur gas. Disisi lain, pasar di luar negeri lebih banyak bersifat jangka panjang.

“Domestik terlambat dalam penyediaan infrastruktur untuk menyalurkan dan menyerap gas. Demand ada, tapi infrastruktur selalu terlambat,” kata Pri Agung, Kamis (2/11).

Data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) menyebutkan dari alokasi LNG untuk domestik 2017 sebesar 69,76 kargo, sebanyak 55,58 kargo sudah terserap. Sementara sisanya 14,18 kargo lainnya terserap dan sudah dilempar ke pasar spot.

Sukandar, Wakil Kepala SKK Migas, mengatakan ke 14,18 kargo yang tidak terserap tersebut dilempar ke pasar spot sejak Juni lalu. “Iya (14 kargo LNG uncommitted) jadi sudah habis habis based on Juni,” kata Sukandar di Kantor SKK Migas, Rabu (1/11).

Menurut Sukandar, dengan menjual melalui pasar spot maka ada peluang untuk mendapatkan harga jual LNG lebih bagus karena banyak peminat yang masih membutuhkan LNG. “Sudah habis sudah di ekspor. LNG kalau hari ini bicara yang uncommitted itu dijual spot, harga spot itu lebih bagus,” kata dia.

Data SKK Migas menunjukkan pada 2013, dari alokasi 39 kargo hanya terserap 33 kargo. Kemudian pada 2014, dari alokasi serapan 64,02 kargo hanya mampu terjual 39,02 kargo. Pada 2015 dari 59,2 kargo hanya terserap 52,6 kargo.(RI)