JAKARTA – Pembukaan keran ekspor mineral bauksit dinilai akan meningkatkan pendapatan devisa dan pajak serta menciptakan lapangan kerja. Apalagi saat ini industri dalam negeri baru bisa menyerap hasil pertambangan bauksit kurang dari 10 persen.

Erry Sofyan, Ketua Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I), mengatakan sumber daya alam mineral bauksit tersebar di Sumatera, Riau, Kepri, Lingga, Dabo-Singkep, di Kalimantan Barat, serta Kalimantan Tengah .

“Wajar jika sisanya sebesar 90 persen dapat diekspor sampai industri dalam negeri terealisasi dan bisa menyerap 100 persen hasil tambangnya,” kata Erry kepada Dunia Energi, Senin (16/1).

Saat ini bauksit diserapkan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) bauksit saat ini diantaranya PT Well Harvest Wining Alumina 2,6 juta – 3 juta ton untuk menghasilkan satu juta ton alumina SGA. Kemudian, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan kapasitas 300 ribu ton alumina CGA, menyerap 800 ribu ton bauksit.

Erry menekankan pemerintah segera menerbitkan peraturan yang melindungi sumber daya alam dari penguasaan pihak asing. Selain itu, diperlukan kehadiran pemerintah untuk mewujudkan pembangunan industri nasional, jika pihak swasta tidak mampu melakukannya.

“Perekonomian Indonesia akan terdongkrak naik dengan cepat, dengan dibukanya ekspor mineral,” tandas Ery.(RA)

Produksi Bauksit Indonesia:

Tahun 2013
Produksi : 63 juta ton
Ekspor : 55 juta ton
Stok : 8 juta ton
Tahun 2014 : nihil
Tahun 2015 : nihil
Tahun 2016 : nihil
Tahun 2017
Rencana:
Produksi : 40 juta ton
Ekspor : 40 juta ton
Stok : 8 juta ton