JAKARTA – Skema penunjukkan langsung untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara mulut tambang dinilai efektif mempercepat suplai kebutuhan pembangkit terutama di daerah yang tidak memiliki jalur transmisi.

Budi Santoso, Direktur Eksekutif Center for Indonesia Resources Studies (CIRUSS), mengatakan PLTU mulut tambang lebih efisien kalau dilewati oleh jalur listrik karena mengurangi biaya transport dan logistik.

“Kalau mekanismenya penunjukan langsung akan lebih cepat, PLN tinggal memberikan target siapa cepat dan harga tepat,” kata Budi kepada Dunia Energi.

PT PLN (Persero) menargetkan perubahan pembangunan pembangkit listrik dari non mulut tambang menjadi mulut tambang. Lokasi pembangunan antara lain di wilayah Sumatera dan Kalimantan dengan total kapasitas potensi listrik yang dihasilkan sekitar 5 ribu megawatt (MW).

Menurut Sofyan Basir, Dirut PLN, dalam revisi RUPTL yang diajukan pembangunan pembangkit listrik mulut tambang juga bisa lebih cepat prosesnya karena PLN akan diberikan hak untuk memberikan penugasan kepada pihak yang berdasarkan penilaian memang dianggap memiliki kompetensi mumpuni.

“Mulut tambang juga bisa dengan menunjuk. Jadi, hampir 5 ribu MW itu bisa dengan penugasan,” ujar Sofyan di Jakarta, Rabu (22/2).

Namun, kata Budi, akan lebih baik apabila pemerintah meninjau tentang royalti PLTU batu bara mulut tambang, dari pada mensubsidi listrik.

“PLTU mulut tambang juga bisa menjadikan tambang-tambang kalori rendah menjadi ekonomis,” tandas Budi.(RA)