JAKARTA– PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA), salah satu produsen utama batubara termal yang kompetitif di Indonesia yang didirikan pada 2010, mencatatkan penurunan signifikan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham sepanjang 2016.

Menurut laporan keuangan perseroan publikasi, tahun lalu Toba Bara membukukan laba bersih sebesar US$ 6,86 juta atau sekitar Rp 92,61 miliar (kurs Rp 13.500) dibandingkan periode sama 2015 sebesar US$ 29,82 juta atau sekitar Rp 402, 57 miliar. Penurunan tajam laba bersih dipicu penurunan penjualan batubara dari US$ 348,6 juta pada 2015 menjadi US$ 258,3 juta pada 2016. Sepanjang tahun lalu, perseroan memproduksi batubara 5,7 juta ton.

Di sisi lain, aset perusahaan juga turun, kendati tidak teralu besar dari US$ 282,37 juta menjadi US$ 261,58 juta. Ini terdiri atas aset tidak lancar yang naik dari US$ 185,8 juta menjadi US$ 190,9 juta. Sementara aset lancar justru turun dari US$ 96,5 juta menjadi US$ 70,6 juta.

Adapun posisi utang perseroan turun dari US$ 127,25 juta menjadi US$ 113,8 juta. Ini terdiri atas utang jangka pendek yang naik menjadi US$ 72,9 juta dari periode sama 2015 sebesar US$ 68,9 juta. Sedangkan utang jangka panjang berhasil diturunkan dari US$ 58,9 juta menjadi US$40,9 juta.

Tahun ini, Toba Bara bakal memproduksi batubara kalori 4.700 kkal/kg-5.900 kkal/kg sebanyak 6 juta ton, naik 300 ribu ton dibandingkan realisasi 2016. Target ini tergolong konservatif di tengah perbaikan harga batubara yang kini di level US$ 80 per ton. “Ini sesuai dengan rencana penambangan yang telah dibuat sehingga tidak semata-mata karena peningkatan harga perusahaan langsung menggeber produksi,” kata Iwan Sunyoto, Investor Relation Toba, beberapa waktu lalu.

Apalagi saat ini, menurut Iwan, cadangan batubara terbukti Toba Bara berkisar 122 juta ton sehingga rencana penambangan juga harus memikirkan kelangsungan usaha ke depan. Karena itu, perusahaan ini tak menutup kemungkinan mengakuisisi pertambangan baru.

Perusahaan yang didirikan Luhut B Panjaitan itu kini berkembang menjadi produsen batubara utama yang beroperasi pada 3 (tiga) konsesi area tambang batubara di Kalimantan Timur. Area-area tambang yang berdekatan ini, yang dikelola oleh 3 (tiga) anak perusahaan, berada pada lokasi tambang yang menguntungkan, serta dekat jaraknya dengan pelabuhan setempat.

Sejak memulai produksi pada 2007, Toba Bara mengalami kenaikan yang cepat menjadi sebuah perusahaan terkemuka di bidang batubara didukung oleh kinerja yang kuat dan pertumbuhan yang solid. Luas area tambang Toba Bara secara keseluruhan sekitar 7087 hektare dengan total estimasi sumber daya sebesar 236 juta ton.

Pembangunan pertama pada aset greenfield dimulai dengan PT Indomining pada 2007, diikuti dengan PT Adimitra Baratama Nusantara (ABN) pada tahun 2008. Kemudian, pembangunan PT Trisensa Mineral Utama (TMU) dimulai pada 2011. Secara paralel, Toba Bara terus mengintegrasikan rantai pasokan batubara untuk lebih baik dalam efisiensi biaya, serta berusaha untuk memperbesar cadangan batubara dan sumber daya.

Tanggal 6 Juli 2012 merupakan momen bersejarah bagi kami. Toba Bara mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan ticker TOBA dan merilis sebesar 210.681.000 saham atau 10,5 % dari jumlah modal disetor, dengan perolehan dana sebesar Rp 400, 29 miliar. Harga perdana saham sebesar Rp 1.900,- per saham. (DR)