JAKARTA – Pemanfaatan energi surya sebagai sumber energi listrik harus dioptimalkan untuk melayani masyarakat kepulauan. Apalagi pengembangan energi baru terbarukan (EBT ) secara optimal dapat membantu perbaikan kinerja  PT PLN ( Persero ). Oegroseno, Komisaris Independen PLN, mengatakan kondisi Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau menjadikan penggunaan energi surya sebagai sumber energi yang harus diprioritaskan.

“Penggunaan listrik tenaga surya seperti di pulau Bunaken, adalah salah satu solusi tepat untuk dapat melistriki masyarakat kita yang tinggal di pulau-pulau dengan sumber energi terbatas atau jauh jangkauannya secara geografis. PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) tentunya juga harus terus dioptimalkan keberadaannya untuk mendukung kinerja energy mix di PLN,” kata Oegroseno yang menjadi Komisaris Independen PLN sejak Oktober 2014.

PLTS Bunaken yang diresmikan pengoperasiannya sejak 6 Februari tahun 2011 memiliki kapasitas terpasang 335 kiloWattpeak (kWp). Saat ini PLTS Bunaken dioperasikan secara hybrid system, bersama dengan mesin diesel yang ada di Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Bunaken untuk melayani 813 pelanggan. PLTS Bunaken juga merupakan salah satu dari 5 lokasi pulau wisata di Indonesia yang menjadi pilot project penggunaan energi matahari untuk pembangkit listrik.

Selain di pulau Bunaken, PLN Wilayah Suluttenggo juga memiliki 4 lokasi PLTS lainnya di Sulawesi Utara, yaitu PLTS Miangas (30 kWp), PLTS Marampit (50 kWp), PLTS Marore (120 kWp) dan PLTS Makalehi (260 kWp). Target bauran energi (fuel mix) PLN Suluttenggo tahun 2015 adalah 39,41%, pencapaian hingga bulan Oktober 2015 adalah 38,32%.

Sesuai Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2015-2024, PLN memiliki program PLTS 1000 pulau/lokasi. Pengembangan energi surya akan memanfaatkan teknologi fotovoltaik yang disiapkan melalui program pembangunan PLTS di lokasi/pulau yang memiliki kendala ekspansi/akses jaringan dan kesulitan transportasi. Lokasi PLTS difokuskan di wilayah/pulau kecil yang terdepan maupun yang terisolasi (isolated island).

PLTS yang dikembangkan oleh PLN berupa PLTS terpusat/terkonsentrasi (skala utilitas) dengan mode operasi hybrid. Komponen pembangkit PLTS hybrid disesuaikan dengan potensi energi primer dimasing-masing lokasi dan mempertimbangkan sebaran penduduk pada geografi yang sangat luas dan sulitnya menjangkau daerah terpencil. Dengan mode hybrid diharapkan sistem dapat beroperasi secara optimum.

Konfigurasi hybrid tidak saja direncanakan pada lokasi-lokasi yang baru akan berlistrik, tetapi juga menempatkan dan mengoperasikan PLTS bersama-sama dengan PLTD dan atau jenis pembangkit lain pada lokasi yang sudah memiliki listrik (PLTD) dalam suatu mode hybrid.Pengembangan PLTS dimaksudkan untuk melistriki (meningkatkan rasio elektrifikasi) daerah terpencil secepatnya, mencegah penambahan penggunaan BBM secara proporsional akibat penambahan beban kalau seandainya dilayani dengan diesel, dan menurunkan BPP pada daerah tertentu yang ongkos angkut BBM sangat mahal, seperti daerah kepulauan di kawasan Timur Indonesia.(DD)