JAKARTA – Hingga saat ini tercatat sebanyak 246 panel surya (solar panel) di atap perumahan yang terdaftar di PT PLN (Persero).
Tohari Hadiat, Kepala Divisi Energi Baru Terbarukan (EBT) PLN, mengatakan pengembangan panel surya berpotensi mengurangi pasokan listrik dari PLN.
“Sejauh ini yang bangun solar panel di perumahan adalah pemilik rumah sendiri. Bagi PLN, pengaruh penggunaan solar panel akan mengurangi pasokan listrik dari PLN. Jumlah pengguna solar panel di perumahan yg sudah terdaftar di PLN ada sekitar 246, dan mayoritas di Jakarta,” ujar Tohari kepada Dunia Energi, Senin (18/9).
Maritje Hutapea, Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM, mengatakan program pengembangan panel surya di perumahan adalah bagian dari target pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 6,4 gigawatt (GW).
Seiring perkembangan teknologi konversi energi surya menjadi energi listrik serta penurunan biaya peralatan yang diperlukan, pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM telah menggandeng Real Estate Indonesia (REI) untuk mengembangkan  PLTS dengan menggunakan modul surya fotovoltaik yang dipasang di atap bangunan (rooftop) perumahan.
Melalui Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pembelian Tenaga Listrik oleh PT PLN dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya Fotovoltaik, pemerintah telah memberikan kesempatan bagi pengusahaan energi surya sebagai pembangkit listrik melalui mekanisme kuota kapasitas dan penetapan harga patokan tertinggi sebesar US$25 sen perkilowatt hours (kWh).
PLTS rooftop merupakan solusi yang handal bagi penyediaan energi di gedung-gedung perkantoran karena mayoritas gedung perkantoran menggunakan listrik pada siang hari atau jam kerja pasalnyabiaya pengadaan listrik yang lebih murah dari diesel ataupun bahan bakar minyak (BBM). Selain itu, perawatan dan pengoperasiannya juga mudah namun dampaknya signifikan untuk mengurangi polusi dan efek rumah kaca.
Disamping itu, bentuk PLTS rooftop tersebut memiliki keunggulan tersendiri apabila dibandingkan dengan PLTS skala besar, diantaranya lebih mudah dan murah untuk diintegrasikan dengan sistem kelistrikan yang sudah ada, dapat memanfaatkan lahan yang ada (mengurangi biaya investasi lahan), serta dapat turut mengurangi beban jaringan sistem yang ada.
Saat ini PLN telah mengakomodasi pemanfaatan PLTS oleh pelanggan secara terintegrasi jaringan melalui sistem net-metering dimana produksi listrik oleh pelanggan akan mengimbangi energi listrik dari sistem PLN.
“Fokusnya (panel surya) di perumahan. Total kapasitas belum kita hitung. Program ini menjadi bagian dari target PLTS 6.4 GW di  2025,” tandas Maritje. (RA)