JAKARTA –  Ketergantungan akan Bahan Bakar Minyak (BBM) bagi kendaraan diperkirakan akan terus terjadi paling tidak hingga 18 tahun kedepan.
Kajian BP menyebutkan pertumbuhan mobil listrik di masyarakat dunia masih sangat kecil dibanding  pertumbuhan mobil berbahan bakar fosil atau minyak hingga  2035.
Spencer Dale, Kepala Tim Ahli Ekonomi BP, mengungkapkan saat ini konsumsi minyak di dunia mencapai 95 juta barel per hari dan hanya 20 juta barel yang menjadi konsumsi kendaraan.
“Hanya 20%. Misalnya saja nanti dunia sudah full mobil listrik (20% menjadi mobil listrik), konsumsi minyak masih sekitar 75 juta barel,” kata Spencer dalam paparannya di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kamis (14/9).
Saat ini jumlah mobil diseluruh dunia diperkirakan sekitar satu miliar unit, jumlah tersebut akan bertambah menjadi dua miliar pada 2035.  Jika tidak ada perubahan signifikan,  maka diproyeksikan mobil listrik hanya berjumlah dua juta unit.
Pertumbuhan mobil listrik  akan banyak di dominasi oleh negara-negara berkembang seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Spencer, ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan mobil listrik kedepan. Pertama adalah teknologi yang digunakan. Hal itu akan berhubungan dengan biaya energi atau baterai yang akan digunakan sebagai bahan bakar.
Dalam kajian BP,  harga baterai untuk mobil listrik saat ini sekitar US$ 250 per kWh. Sementara hingga 2035 harganya diperkirakan sekitar US$ 150 per kWh.
Setiap tahun efisiensi akan terjadi, namun masih belum dapat bersaing dengan biaya yang harus dikeluarkan masyarakat jika menggunakan minyak.
Selain itu, kemauan dari setiap pemerintah  di masing-masing negara untuk mendukung program pengembangan mobil listrik juga ikut berpengaruh. Salah satu yang mendorongnya adalah isu lingkungan.
“Saat ini banyak sekali subsidi di banyak negara untuk mobil listrik, didorong oleh kualitas udara,” ungkap Spencer.
Faktor lainnya adalah datang dari perilaku masyarakat dunia itu sendiri. Perubahan perilaku dan pola pikir masyarakat dalam memandang kebutuhan akan mobil akan berubah seiring dengan tren perubahan teknologi dan pola kehidupan  masyarakat kedepannya.
“Masyarakat akan membeli mobil listrik meski harganya lebih mahal mungkin karena mereka peduli terhadap lingkungan atau menyukai teknologi baru atau orang akan menganggap saya pria yang keren. Bagi orang lain, membeli mobil adalah investasi terpenting setelah rumah,” ungkap Spencer.
Pemerintah Indonesia saat ini mulai mempertimbangkan untuk mempercepat rencana pengembangan mobil listrik. Faktor lingkungan menjadi salah satu faktor pendorong rencana tersebut.
Saat ini pemerintah tengah menggodok regulasi yang akan mengatur larangan penjualan mobil berbahan bakar fosil pada 2040.(RI)